Kisi2 soal Mid Semester 1
1. penyesuaian diri apakah yang saudara lakukan pada lingkungan akademis Universitas Boyolali?
2. ”Men sana in corporesano’ setuju/tidak. alasan?
3. manfaat dari streching? Jelaskan.
4. Sebutkan berapa sumber stress (stressor) pada wanita.
5. Apakah yang dimaksud dengan adaptasi? Berikan contoh
6.Sebutkan penyebab stress (stressor) bagi individu! Jelaskan.
Kisi3 soal mid semester semester 3
1. cara meningkatkan motivasi dalam belajar ?.
2. jelaskan manfaat dari mind map?
3. motivasi berprestasi ?
4. harga diri akademis? Jelaskan
Jumat, 21 November 2008
Jumat, 07 November 2008
HARGA DIRI AKADEMIS (FMD III)
Dalam bab ini dibahas mengenai:
. Pengertian berbagai konsep yang berkaitan dengan konsep-
diri seperti:
- Skema-Diri
- Harga-Diri
- Kompetensi-Diri
- Keberhargaan-Diri
- Harga-Diri-Akademis
- Efektif-Diri
• Perkembangan Konsep-Diri
• Peranan Harga-Diri-Akademis dalam mencapai Prestasi
Akademis
• Kiat-kiat mengembangkan Harga-Diri-Akademis yang positif
Cara seseorang memandang dirinya akan sangat menentukan bagaimana ia akan berespons terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya, juga dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup maupun mengalami kehidupan. Dalam bidang pendidikan, Colangelo dan Assouline (1995) menemukan dalam penelitiannya sendiri dan penelitian banyak ahli lain bahwa konsep-diri, dalam arti bagaimana seseorang memandang diri-nya, berhubungan baik dengan prestasi akademis, maupun sikap terhadap sekolah, juga sikap umum terhadap diri dan kehidup-an. Sering dijumpai, individu yang tidak mampu berprestasi sesuai dengan kemampuannya kehilangan tujuan dan gairahnya dalam pendidikan. Banyak penelitian membuktikan bahwa sebab dari underachievement ini adalah konsep-diri, khususnya harga-diri-akademis, yang tidak sehat atau negatif.
Untuk sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang. diperolehnya, mahasiswa hams menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Konsep-diri yang positif diharapkan bisa membantu mereka dalam menampilkan seluruh potensi yang ada pada mereka. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memahami konsep yang berkaitan dengan dirinya serta memupuk konsep-diri, khususnya harga-diri-akademis yang sehat untuk bisa berbahagia dan sukses di Perguruan Tinggi dan kelak mengaplikasikannya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat tempat ia hidup.
A. Berbagai Pengertian Berkaitan dengan Konsep-Diri (self-concept)
Untuk memahami pandangan individu mengenai diri-nya, perlu dipahami berbagai konsep yang berkaitan dengan konsep-diri. Konsep-konsep itu adalah: konsep-diri, skema-diri, harga-diri, kompetensi-diri, keberhargaan-diri, dan harga-diri-akademis.
1. Konsep-Diri (Self-Concept)
Gage dan Berliner (1991, him. 157) merumuskan konsep-diri sebagai ".. .totality of the perceptions that we have about ourselves; our attitudes toward ourselves, the language we use to describe"'. Hall
. Liridzey (dalam Frey dan Carlock, 1984) membedakan dua • konsep-diri ini sebagai berikut. Pertama dalam rumusan baeai sikap, perasaan, dan evaluasi mengenai diri sendiri. Kedua sebagai proses berpikir, mengingat, dan persepsi mengenai diri sendiri. Rumusan pertama berkaitan dengan harga-diri, harea-diri-akademis, dan efektif-diri, sedangkan rumusan kedua lebih berkaitan dengan skema-Diri.
2. Skema-Diri
Hazel Markus (dalam Deaux, Kay dan kawan, 1993, him. 53) mendefinisikan skema-diri (self-schemes) sebagai: "...cognitive generalizations about the self derived from experience, that organize and guide the processing of self-related information contained in the individual's social experiences." Skema-diri merupakan pengetahuan-pengetahuan yang di-kumpulkan individu mengenai dirinya. Tidak ada unsur perasaan di sini. Misalnya tinggi saya 150 cm, berat saya 80 kg.
3. Harga-Diri (Self-Esteem)
Malhi (1998:2) merumuskan harga-diri sebagai "...the overall evaluation of oneself in either a positive or negative way." Jadi, kalau skema-diri berisi gambaran yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya yang bersifat kognitif, tanpa diwarnai oleh perasaan, maka dalam penghargaan diri, yang merupakan bagian evaluatif dan konsep diri, individu memberi nilai terhadap konsep dirinya. Dalam penghargaan diri terdapat nuansa perasaan baik positif maupun negatif. Misalnya, saya terlalu gembrot, tidak menarik, dan sebagainya. Frey dan Carlock (1984) mengajukan dua komponen dalam harga-diri, yaitu kompetensi-diri dan keberhargaan-diri.Kompetensi-diri (Self-competence) adalah perasaan seseorang Memupuk Harga diri, bahwa dirinya kompeten untuk menjalani hidup. Malhi (1998) menyimpulkan bila individu memiliki kompetensi-diri yang positif maka ia akan memiliki kepercayaan-diri dan yakin akan kemampuannya untuk menghadapi tan-tangan-tantangan dasar dalam kehidupan. • Keberhargaan-diri (Self-worth), di lain pihak, adalah perasaan bahwa dirinya cukup berharga untuk hidup. Malhi (1998) menyimpulkan dengan rasa keberhargaan-diri yang positif individu akan menerima dirinya apa adanya dan merasa dirinya pantas untuk hidup dan berbahagia.
4. Harga-Diri-Akademis (Academic-Self-Esteem)
Harga-diri-akademis adalah harga-diri yang khusus berkaitan dengan kehidupan akademis individu. Skaalvik (1990, him. 594) merumuskan harga-diri-akademis sebagai berikut: "...the individual's general feeling of doing well in school an his or her satisfaction with his or her achievement". Harga-diri-akademis inilah yang secara khusus berkaitan dengan keberhasilan dalam pendidikan, termasuk di Perguruan Tinggi.
5. Efektif-Diri (Self-Efficacy)
Bandura (dalam Hall dan rekan-rekan, 1999, him. 609) merumuskan efektif-diri sebagai: "...expectation that one can, by personal effort, master a situation and bring about a desired outcome", Jadi, dalam efektif-diri ini, harga-diri dikaitkan pada satu macam situasi atau tugas secara spesifik.
B. Perkembangan Penghargaan Diri Akademis
Konsep-diri memang bukan merupakan sesuatu yang dibawa individu pada saat kelahirannya, bahkan pada awal-awal kehidupan individu belum memiliki konsep mengenai dirinya.
K mun bersamaan dengan kematangan yang dicapai, baik dalam , _njsi emosi maupun sosialnya, konsep-diri akan terbentuk dan menjadi bagian yang sangat penting dalam diri individu, vane menentukan bentuk kehidupan yang akan dialaminya kelak.
Beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan harga-diri-akademis adalah faktor-faktor eksternal seperti lingkungan keluarga iklim kampus, dosen, teman sebaya, kurikulum, dan sebagainya, sedangkan faktor internal antara lain keyakinan, kompetensi personal, dan keberhasilan personal.
Dengan demikian, berdasarkan pengalaman sepanjang hidupnya baik melalui introspeksi maupun umpan-balik dari lingkungannya, individu menyusun skema-dirinya. Misalnya, bentuk fisiknya, kemampuan-kemampuan khususnya, seperti saya mampu menempuh jarak 100 m dalam waktu 10 detik, saya tidak bisa bermain sepatu roda. Mula-mula semua penge-tahuan mengenai diri yang dikumpulkan ini bersifat netral, tanpa diberi bobot penilaian maupun perasaan. Namun pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk memberi penilaian terhadap segala sesuatu, termasuk terhadap dirinya sendiri. Bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, menyenangkan, dan sebagainya, muncul perasaan-perasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Maka dari skema yang kita susun mengenai diri kita itu, setelah diberi penilaian, jadilah harga-diri, yaitu seberapa kita menghargai atau memberi arti mengenai diri sendiri. Bila dari totalitas pandangan kita mengenai diri sendiri umumnya kua melihat aspek-aspek diri kita sebagai positif, walaupun ada beberapa aspek yang negatif, maka kita disebut memiliki harga-airi yang positif Sebaliknya bila kebanyakan aspek dalam diri sendiri ki'.a nilai sebagai negatif dan hanya sedikit yang kita mlai positif maka kita disebut sebagai individu dengan harga-yang negatif.
Bila diperhatikan pada gambar 1 dan 2, tampak sel-sel tidak memiliki ukuran yang sama. Semua itu tergantung pada arti dari masing-masing sel bagi individu. Sesuatu yang lebih berarti membentuk sel yang lebih besar ketimbang sesuatu lain yang kurang berarti baginya. Misalnya bila kecerdasan tidak cukup berarti bagi kita maka kalaupun itu merupakan kekuatan ataupun kelemahan kita maka aspek ini akan menempati sel yang lebih kecil. Sebaliknya bila daya tarik fisik sangat berarti bagi kita, maka aspek ini akan menempati sel yang besar. Dengan demikian dua orang dengan kekuatan dan kelemahan yang sama bisa memiliki harga-diri yang berbeda. Orang pertama mungkin melihatnya sebagai, "Saya memang cerdas^ tapi saya tidak menarik," sedang orang kedua memandang dengan berbeda, "Saya memang tidak menarik, tapi saya cerdas!" Pada orang pertama aspek kecerdasan menempati sel yang kecil sedangkan aspek daya tarik fisik menempatkan sel yang lebih besar, sebaliknya pada orang kedua kecerdasan menempati sel yang besar dan daya tarik fisik lebih kecil.
Simmermacher (1989) dalam 25 tahun kegiatannya dalam bidang pelayanan, menyimpulkan bahwa masalah utama yang
dialami manusia dewasa ini adalah ketidak-mampuannya men-capai konsep-diri dan harga-diri yang positif. Ini, menurutnya, yang menyebabkan tiingkat bunuh diri yang tinggi, terutama nada generasi muda, masalah napza, dan alkoholik. Rendahnya penghargaan diri jugai menyebabkan hilangnya arti dan tujuan hidup, hubungan prifoadi dan keluarga, maupun aktivitas waktu
luang.
Konsep-diri sangat ditentukan oleh pengalaman pribadi
individu, oleh karena itu bersifat subyektif dan bisa saja tidak sesuai dengan kenyataan. Sehubungan dengan konsep-diri, Higgins (dalam Deaux dan rekan-rekan, 1992) memperkenalkan diri-ideal (ideal-self) dan diri-seharusnya (ought-self). Diri-ideal adalah konsep diri yang ingin kita capai: harapan, keinginan, dan aspirasi berkaitan dengan berbagai faset dari diri kita, Sedangkan diri seharuisnya adalah faset-faset dari diri kita yang harus muncul: tugas, keharusan, tanggungjawab, dan sebagainya. Diri-ideal adalah apa yang kita inginkan dengan diri kita. Oleh karena itu, makin besar kesenjangan antara keadaan diri kita dengan diri-ideal makin besar kemungkinan timbulnya depresi. Sangat menyakitkan rasanya menemukan bahwa diri kita tidak bisa seperti yang kita inginkan. Individu yang perfeksionis memiliki kecenderungan ini sehingga sering tidak puas dengan dirinya..
Diri-seharusnya berkaitan dengan apa yang kita persepsikan sebagai tuntutan oleh orang lain terhadap kita. Kesenjangan antara diri kita apa adanya dengan diri-seharusnya bisa menim-bulkan kecemasan sosial. Kita merasa tidak bisa mencapai apa yang diharapkan oleh orang lain terhadap kita.
Harga-diri-akademik adalah salah satu komponen dari harga-diri yang secara khusus berkaitan dengan masalah akademis. Jadi sel-selnya khusus berkaitan dengan masalah-masalah akademis. Seperti pada harga-diri yang umum, ukuran selnya bisa
berbeda-beda dan jumlah positif dan negatif pun berlainan. Secara khusus harga-diri-akademis lebih erat kaitannya dengan prestasi akademis. Sel-sel dalam harga-diri-akademis berisi efektif-diri dalam masing-masing tugas akademisnya serta karakteristik diri yang juga berkaitan dengan kegiatan akademis, seperti keluwesan menghadapi dosen, teman, dan sebagainya. Dengan demikian bisa saja seorang mahasiswa yang harga-diri-akademisnya secara umum positif namun efektif-diri dalam pelajaran statistik atau fllsafat rendah. Untuk memiliki harga-diri-akademis yang positif, sel-sel positif harus menempati daerah yang lebih luas dalam lingkaran diri.
Oleh karena harga-diri berisi perasaan individu mengenai dirinya, maka dengan sendirinya hal ini akan memengaruhi kebahagiaan individu dalam hidupnya, bagaimana ia melihat dunianya, dan merespons lingkungan maupun dirinya sendiri.
C. Peranan Harga-diri-Akademis dalam Mencapai Prestasi
Hubungan antara harga-diri-akademis dengan prestasi akademis adalah hubungan timbal-balik. Individu dengan harga-diri-akademis yang tinggi atau positif akan dapat lebih mengguna-kan potensinya secara optimal. Mereka tidak terbebani oleh perasaan-perasaan negatif sehingga seluruh energinya dapat diarahkan pada upaya pencapaian prestasi akademis setinggi kemampuannya. Dengan demikian harga-diri-akademis menye-babkan peningkatan prestasi sesuai dengan potensinya. Sebalik-nya prestasi yang baik akan menumbuhkan keyakinan akan kemampuannya, dengan demikian bisa meningkatkan harga-diri-akademis (Gambar 1).
Hubungan ini juga bisa dijelaskan melalui kaitan antara harga-diri-akademis dengan tingkat aspirasi akademis. Dalam penelitian terhadap mahasiswa pada Institut Pertanian Bogor dijumpai hubungan yang bermakna antara keduanya (Fitasan, 1994). Bila diingat bahwa aspirasi akademis yang positif akan membantu mahasiswa menetapkan sasaran yang realistik dan menantang baginya sehingga membangkitkan motivasi untuk berprestasi, maka harga-diri-akademis secara tak langsung juga membangkitkan motivasi untuk berprestasi. Harga-diri-akademis yang positif membawa perasaan nya-man bagi mahasiswa dalam menjalankan tugas belajarnya. Sebagaimana dinyatakan Frey dan Carlock (1984), individu dengan penghargaan diri yang Positif, sebagai individu yang cenderung menghargai dirinya, menganggap dirinya berarti atau berharga, serta sejajar dengan orang lain. Mereka tidak merasa perlu berpura-pura sempurna, mereka mengenali keterbatasannya dan mengharap akan berkembang serta meningkatkan dirinya. Sedangkan individu dengan harga-diri yang negatif sering mengalami penolakan pada dirinya sendiri, tidak puas terhadap dirinya. DePorter (1992) maupun Rose dan Nicholl (1997) mengajukan bahwa untuk bisa belajar dengan optimal dan mencapai prestasi yang baik, pengalaman belajar haruslah menyenangkan, berapa pun usia peserta didik.
Mahasiswa dengan inteligensi yang tinggi, memiliki kesem-patan untuk mencapai prestasi yang lebih baik bila cukup berusaha. Oleh karena itu, mereka juga memiliki kemungkinan untuk memiliki harga-diri-akademis yang lebih baik pula. Namun ternyata penelitian-penelitian mengenai hubungan antara inteligensi dan harga-diri-akademis menampilkan hasil yang bervariasi. Dalam beberapa penelitian, seperti penelitian dari Stoyanova (1995) pada kelompok MENSA, suatu kelompok internasional IQ di atas persentil 98, dan penelitian Peters dan rekan (1995) pada siswa-siswa Cina, baik yang berbakat maupun yang tidak, menjumpai tidak ada kaitan antara inteligensi dan harga-diri-akademis. Namun pada penelitian terhadap siswa-siswa Belanda yang berbakat maupun tidak, temngkap hubungan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam sejumlah peneliti lainnya (Peters dan kawan-kawan, 1995). Penyebab perbedaan temuan-temuan itu mungkin karena adanya perbedaan lingkungan belajar. Pada kelompok MENSA maupun pelajar di Cina, lingkungan belajar disusun secara homogen. Dengan demikian tingkat inteligensinya tidak banyak berbeda. Sedangkan di Belanda lingkungan belajar dirancang secara heterogen, tidak ada pemisahan berdasarkan kemampuan siswa. Senge dan rekan (2000) mengajukan argumentasi bahwa harga-diri tidak harus berkaitan dengan kemampuan individu dalam mencipta. Alasannya adalah: pertama, fokusnya berbeda. Dalam mencipta fokus adalah pada obyek ciptaan, sedangkan harga-diri berfokus pada diri sendiri. Maka bila individu mencipta bukan untuk mendapatkan pengakuan atau pengharga-an, semata-mata untuk menghasilkan ciptaannya, maka harga-diri tidak harus berkaitan dengan kemampuan mencipta. Kedua, dalam proses kreatif, berbeda dengan anggapan kebanyakan orang, pencipta pertama-tama akan mencintai sesuatu yang akan diciptanya, baru kemudian muncul hasil ciptaan tersebut. Tidak terpikir pada awalnya apakah ia mampu atau tidak. Bisa saja pada akhirnya gagal.
Yang juga menarik adalah penelitian dari Lasmahadi (1992) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yang menemukan hubungan yang bermakna antara harga-diri-akademis dengan perilaku curang dalam tes. Mahasiswa dengan harga-diri-akademis yang negatif memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berlaku curang dalam tes ketimbang mahasiswa dengan harga-diri-akademis yang positif. Tidak mengherankan sebab mahasiswa dengan harga-dini-akademis yang positif umumnya cukup mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka menyadari baik kekuatan maupun kelemahannya dan yakin akan kemampuannya untuk berkembang dan memperbaiki diri. Kelemahan dilihat sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri, tidak perlu berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Cukup mencemaskan adanya temuan yang menunjukkan bahwa dengan waktu dan tingkat pendidikan, harga-diri-akademis makin lama makin rendah (Colangelo dan Assouline, 1995). Banyak alasan yang bisa mendukung keadaan ini. Makin tinggi tingkat pendidikan, makin sulit mencapai prestasi yang baik sehingga pengalaman gagal tentu saja makin besar. DePorter (1992), Rose dan Nicholl (1997), mengajukan sikap dan teknik mengajar guru sebagai penyebabnya. Menyadari besarnya pengaruh harga-diri-akademis terhadap prestasi belajar maupun proses belajar mengajar, maka melaku-kan pemantauan terhadap harga-diri-akademis dan mengupaya-kan peningkatannya sangat penting dalam bidang pendidikan. Beberapa karakteristik individu dengan harga-diri-akademis positif adalah sebagai berikut:
• Menyadari baik kekuatan maupun kelemahannya sehingga memiliki orientasi yang realistik. Kesadaran diri yang tepat membantunya menyusun strategi dalam menghadapi tugas-tugas akademis yang dihadapinya.
• Menerima diri apa adanya, tidak merasa perlu berpura-pura sempurna namun merasa bertanggungjawab untuk mening-katkan diri.
• Memiliki rencana pengembangan diri dan melaksanakan serta memonitor pelaksanaan tindakan tadi dengan bertanggung jawab.
• Memiliki pandangan yang positif mengenai kehidupan akademis dan bidang-bidang ilmu yang ditempuhnya.
D. Pengembangan Ha rga-diri-Akademis
Skema-diri dibentuk sepanjang hidup individu. Oleh karena itu selalu terjadi penambahan-penambahan pengetahuan mengenai diri individu. Maka pada dasarnya harga-diri pun dapat berubah dan dikoreksi. Upaya koreksi hendaknya pertama-tama diarah-kan pada upaya memperkecil kesenjangan antara konsep-diri dengan konsep-diri-ideal. Malhi (1998) mengajukan sebuah model untuk meningkatkan harga-diri dalam lima tahap: kesadaran diri, menerima keadaan diri, membangkitkan tang-gung jawab untuk pengembangan diri, rencana tindakan dan pelaksanaannya, dan monitor perkembangan.
Yang perlu diingat adalah bahwa pada saat individu telah mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi, harga-diri-akade-misnya telah terbentuk sejak masa prasekolah. Oleh karena pembentukan harga-diri-akademis merupakan sebuah proses, maka untuk mengoreksi dan membentuknya kembali membu-tuhkan waktu. Pada dasarnya membangun penghargaan diri memang membutuhkan waktu (Senge dan rekan, 2000) dan
50 Sukses Belajar di Perguruan linggi
mengubah sesuatu yang sudah mapan tidaklah mudah.
Sebagai akhir bab ini, pada halaman-halaman berikut akan disajikan beberapa latihan yang dapat disarankan untuk memu-nuk harga-diri-akademik positif yang diharapkan bisa menun-jang proses belajar-mengajar di Perguruan Tinggi.
. Pengertian berbagai konsep yang berkaitan dengan konsep-
diri seperti:
- Skema-Diri
- Harga-Diri
- Kompetensi-Diri
- Keberhargaan-Diri
- Harga-Diri-Akademis
- Efektif-Diri
• Perkembangan Konsep-Diri
• Peranan Harga-Diri-Akademis dalam mencapai Prestasi
Akademis
• Kiat-kiat mengembangkan Harga-Diri-Akademis yang positif
Cara seseorang memandang dirinya akan sangat menentukan bagaimana ia akan berespons terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya, juga dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup maupun mengalami kehidupan. Dalam bidang pendidikan, Colangelo dan Assouline (1995) menemukan dalam penelitiannya sendiri dan penelitian banyak ahli lain bahwa konsep-diri, dalam arti bagaimana seseorang memandang diri-nya, berhubungan baik dengan prestasi akademis, maupun sikap terhadap sekolah, juga sikap umum terhadap diri dan kehidup-an. Sering dijumpai, individu yang tidak mampu berprestasi sesuai dengan kemampuannya kehilangan tujuan dan gairahnya dalam pendidikan. Banyak penelitian membuktikan bahwa sebab dari underachievement ini adalah konsep-diri, khususnya harga-diri-akademis, yang tidak sehat atau negatif.
Untuk sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang. diperolehnya, mahasiswa hams menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Konsep-diri yang positif diharapkan bisa membantu mereka dalam menampilkan seluruh potensi yang ada pada mereka. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memahami konsep yang berkaitan dengan dirinya serta memupuk konsep-diri, khususnya harga-diri-akademis yang sehat untuk bisa berbahagia dan sukses di Perguruan Tinggi dan kelak mengaplikasikannya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat tempat ia hidup.
A. Berbagai Pengertian Berkaitan dengan Konsep-Diri (self-concept)
Untuk memahami pandangan individu mengenai diri-nya, perlu dipahami berbagai konsep yang berkaitan dengan konsep-diri. Konsep-konsep itu adalah: konsep-diri, skema-diri, harga-diri, kompetensi-diri, keberhargaan-diri, dan harga-diri-akademis.
1. Konsep-Diri (Self-Concept)
Gage dan Berliner (1991, him. 157) merumuskan konsep-diri sebagai ".. .totality of the perceptions that we have about ourselves; our attitudes toward ourselves, the language we use to describe"'. Hall
. Liridzey (dalam Frey dan Carlock, 1984) membedakan dua • konsep-diri ini sebagai berikut. Pertama dalam rumusan baeai sikap, perasaan, dan evaluasi mengenai diri sendiri. Kedua sebagai proses berpikir, mengingat, dan persepsi mengenai diri sendiri. Rumusan pertama berkaitan dengan harga-diri, harea-diri-akademis, dan efektif-diri, sedangkan rumusan kedua lebih berkaitan dengan skema-Diri.
2. Skema-Diri
Hazel Markus (dalam Deaux, Kay dan kawan, 1993, him. 53) mendefinisikan skema-diri (self-schemes) sebagai: "...cognitive generalizations about the self derived from experience, that organize and guide the processing of self-related information contained in the individual's social experiences." Skema-diri merupakan pengetahuan-pengetahuan yang di-kumpulkan individu mengenai dirinya. Tidak ada unsur perasaan di sini. Misalnya tinggi saya 150 cm, berat saya 80 kg.
3. Harga-Diri (Self-Esteem)
Malhi (1998:2) merumuskan harga-diri sebagai "...the overall evaluation of oneself in either a positive or negative way." Jadi, kalau skema-diri berisi gambaran yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya yang bersifat kognitif, tanpa diwarnai oleh perasaan, maka dalam penghargaan diri, yang merupakan bagian evaluatif dan konsep diri, individu memberi nilai terhadap konsep dirinya. Dalam penghargaan diri terdapat nuansa perasaan baik positif maupun negatif. Misalnya, saya terlalu gembrot, tidak menarik, dan sebagainya. Frey dan Carlock (1984) mengajukan dua komponen dalam harga-diri, yaitu kompetensi-diri dan keberhargaan-diri.Kompetensi-diri (Self-competence) adalah perasaan seseorang Memupuk Harga diri, bahwa dirinya kompeten untuk menjalani hidup. Malhi (1998) menyimpulkan bila individu memiliki kompetensi-diri yang positif maka ia akan memiliki kepercayaan-diri dan yakin akan kemampuannya untuk menghadapi tan-tangan-tantangan dasar dalam kehidupan. • Keberhargaan-diri (Self-worth), di lain pihak, adalah perasaan bahwa dirinya cukup berharga untuk hidup. Malhi (1998) menyimpulkan dengan rasa keberhargaan-diri yang positif individu akan menerima dirinya apa adanya dan merasa dirinya pantas untuk hidup dan berbahagia.
4. Harga-Diri-Akademis (Academic-Self-Esteem)
Harga-diri-akademis adalah harga-diri yang khusus berkaitan dengan kehidupan akademis individu. Skaalvik (1990, him. 594) merumuskan harga-diri-akademis sebagai berikut: "...the individual's general feeling of doing well in school an his or her satisfaction with his or her achievement". Harga-diri-akademis inilah yang secara khusus berkaitan dengan keberhasilan dalam pendidikan, termasuk di Perguruan Tinggi.
5. Efektif-Diri (Self-Efficacy)
Bandura (dalam Hall dan rekan-rekan, 1999, him. 609) merumuskan efektif-diri sebagai: "...expectation that one can, by personal effort, master a situation and bring about a desired outcome", Jadi, dalam efektif-diri ini, harga-diri dikaitkan pada satu macam situasi atau tugas secara spesifik.
B. Perkembangan Penghargaan Diri Akademis
Konsep-diri memang bukan merupakan sesuatu yang dibawa individu pada saat kelahirannya, bahkan pada awal-awal kehidupan individu belum memiliki konsep mengenai dirinya.
K mun bersamaan dengan kematangan yang dicapai, baik dalam , _njsi emosi maupun sosialnya, konsep-diri akan terbentuk dan menjadi bagian yang sangat penting dalam diri individu, vane menentukan bentuk kehidupan yang akan dialaminya kelak.
Beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan harga-diri-akademis adalah faktor-faktor eksternal seperti lingkungan keluarga iklim kampus, dosen, teman sebaya, kurikulum, dan sebagainya, sedangkan faktor internal antara lain keyakinan, kompetensi personal, dan keberhasilan personal.
Dengan demikian, berdasarkan pengalaman sepanjang hidupnya baik melalui introspeksi maupun umpan-balik dari lingkungannya, individu menyusun skema-dirinya. Misalnya, bentuk fisiknya, kemampuan-kemampuan khususnya, seperti saya mampu menempuh jarak 100 m dalam waktu 10 detik, saya tidak bisa bermain sepatu roda. Mula-mula semua penge-tahuan mengenai diri yang dikumpulkan ini bersifat netral, tanpa diberi bobot penilaian maupun perasaan. Namun pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk memberi penilaian terhadap segala sesuatu, termasuk terhadap dirinya sendiri. Bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, menyenangkan, dan sebagainya, muncul perasaan-perasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Maka dari skema yang kita susun mengenai diri kita itu, setelah diberi penilaian, jadilah harga-diri, yaitu seberapa kita menghargai atau memberi arti mengenai diri sendiri. Bila dari totalitas pandangan kita mengenai diri sendiri umumnya kua melihat aspek-aspek diri kita sebagai positif, walaupun ada beberapa aspek yang negatif, maka kita disebut memiliki harga-airi yang positif Sebaliknya bila kebanyakan aspek dalam diri sendiri ki'.a nilai sebagai negatif dan hanya sedikit yang kita mlai positif maka kita disebut sebagai individu dengan harga-yang negatif.
Bila diperhatikan pada gambar 1 dan 2, tampak sel-sel tidak memiliki ukuran yang sama. Semua itu tergantung pada arti dari masing-masing sel bagi individu. Sesuatu yang lebih berarti membentuk sel yang lebih besar ketimbang sesuatu lain yang kurang berarti baginya. Misalnya bila kecerdasan tidak cukup berarti bagi kita maka kalaupun itu merupakan kekuatan ataupun kelemahan kita maka aspek ini akan menempati sel yang lebih kecil. Sebaliknya bila daya tarik fisik sangat berarti bagi kita, maka aspek ini akan menempati sel yang besar. Dengan demikian dua orang dengan kekuatan dan kelemahan yang sama bisa memiliki harga-diri yang berbeda. Orang pertama mungkin melihatnya sebagai, "Saya memang cerdas^ tapi saya tidak menarik," sedang orang kedua memandang dengan berbeda, "Saya memang tidak menarik, tapi saya cerdas!" Pada orang pertama aspek kecerdasan menempati sel yang kecil sedangkan aspek daya tarik fisik menempatkan sel yang lebih besar, sebaliknya pada orang kedua kecerdasan menempati sel yang besar dan daya tarik fisik lebih kecil.
Simmermacher (1989) dalam 25 tahun kegiatannya dalam bidang pelayanan, menyimpulkan bahwa masalah utama yang
dialami manusia dewasa ini adalah ketidak-mampuannya men-capai konsep-diri dan harga-diri yang positif. Ini, menurutnya, yang menyebabkan tiingkat bunuh diri yang tinggi, terutama nada generasi muda, masalah napza, dan alkoholik. Rendahnya penghargaan diri jugai menyebabkan hilangnya arti dan tujuan hidup, hubungan prifoadi dan keluarga, maupun aktivitas waktu
luang.
Konsep-diri sangat ditentukan oleh pengalaman pribadi
individu, oleh karena itu bersifat subyektif dan bisa saja tidak sesuai dengan kenyataan. Sehubungan dengan konsep-diri, Higgins (dalam Deaux dan rekan-rekan, 1992) memperkenalkan diri-ideal (ideal-self) dan diri-seharusnya (ought-self). Diri-ideal adalah konsep diri yang ingin kita capai: harapan, keinginan, dan aspirasi berkaitan dengan berbagai faset dari diri kita, Sedangkan diri seharuisnya adalah faset-faset dari diri kita yang harus muncul: tugas, keharusan, tanggungjawab, dan sebagainya. Diri-ideal adalah apa yang kita inginkan dengan diri kita. Oleh karena itu, makin besar kesenjangan antara keadaan diri kita dengan diri-ideal makin besar kemungkinan timbulnya depresi. Sangat menyakitkan rasanya menemukan bahwa diri kita tidak bisa seperti yang kita inginkan. Individu yang perfeksionis memiliki kecenderungan ini sehingga sering tidak puas dengan dirinya..
Diri-seharusnya berkaitan dengan apa yang kita persepsikan sebagai tuntutan oleh orang lain terhadap kita. Kesenjangan antara diri kita apa adanya dengan diri-seharusnya bisa menim-bulkan kecemasan sosial. Kita merasa tidak bisa mencapai apa yang diharapkan oleh orang lain terhadap kita.
Harga-diri-akademik adalah salah satu komponen dari harga-diri yang secara khusus berkaitan dengan masalah akademis. Jadi sel-selnya khusus berkaitan dengan masalah-masalah akademis. Seperti pada harga-diri yang umum, ukuran selnya bisa
berbeda-beda dan jumlah positif dan negatif pun berlainan. Secara khusus harga-diri-akademis lebih erat kaitannya dengan prestasi akademis. Sel-sel dalam harga-diri-akademis berisi efektif-diri dalam masing-masing tugas akademisnya serta karakteristik diri yang juga berkaitan dengan kegiatan akademis, seperti keluwesan menghadapi dosen, teman, dan sebagainya. Dengan demikian bisa saja seorang mahasiswa yang harga-diri-akademisnya secara umum positif namun efektif-diri dalam pelajaran statistik atau fllsafat rendah. Untuk memiliki harga-diri-akademis yang positif, sel-sel positif harus menempati daerah yang lebih luas dalam lingkaran diri.
Oleh karena harga-diri berisi perasaan individu mengenai dirinya, maka dengan sendirinya hal ini akan memengaruhi kebahagiaan individu dalam hidupnya, bagaimana ia melihat dunianya, dan merespons lingkungan maupun dirinya sendiri.
C. Peranan Harga-diri-Akademis dalam Mencapai Prestasi
Hubungan antara harga-diri-akademis dengan prestasi akademis adalah hubungan timbal-balik. Individu dengan harga-diri-akademis yang tinggi atau positif akan dapat lebih mengguna-kan potensinya secara optimal. Mereka tidak terbebani oleh perasaan-perasaan negatif sehingga seluruh energinya dapat diarahkan pada upaya pencapaian prestasi akademis setinggi kemampuannya. Dengan demikian harga-diri-akademis menye-babkan peningkatan prestasi sesuai dengan potensinya. Sebalik-nya prestasi yang baik akan menumbuhkan keyakinan akan kemampuannya, dengan demikian bisa meningkatkan harga-diri-akademis (Gambar 1).
Hubungan ini juga bisa dijelaskan melalui kaitan antara harga-diri-akademis dengan tingkat aspirasi akademis. Dalam penelitian terhadap mahasiswa pada Institut Pertanian Bogor dijumpai hubungan yang bermakna antara keduanya (Fitasan, 1994). Bila diingat bahwa aspirasi akademis yang positif akan membantu mahasiswa menetapkan sasaran yang realistik dan menantang baginya sehingga membangkitkan motivasi untuk berprestasi, maka harga-diri-akademis secara tak langsung juga membangkitkan motivasi untuk berprestasi. Harga-diri-akademis yang positif membawa perasaan nya-man bagi mahasiswa dalam menjalankan tugas belajarnya. Sebagaimana dinyatakan Frey dan Carlock (1984), individu dengan penghargaan diri yang Positif, sebagai individu yang cenderung menghargai dirinya, menganggap dirinya berarti atau berharga, serta sejajar dengan orang lain. Mereka tidak merasa perlu berpura-pura sempurna, mereka mengenali keterbatasannya dan mengharap akan berkembang serta meningkatkan dirinya. Sedangkan individu dengan harga-diri yang negatif sering mengalami penolakan pada dirinya sendiri, tidak puas terhadap dirinya. DePorter (1992) maupun Rose dan Nicholl (1997) mengajukan bahwa untuk bisa belajar dengan optimal dan mencapai prestasi yang baik, pengalaman belajar haruslah menyenangkan, berapa pun usia peserta didik.
Mahasiswa dengan inteligensi yang tinggi, memiliki kesem-patan untuk mencapai prestasi yang lebih baik bila cukup berusaha. Oleh karena itu, mereka juga memiliki kemungkinan untuk memiliki harga-diri-akademis yang lebih baik pula. Namun ternyata penelitian-penelitian mengenai hubungan antara inteligensi dan harga-diri-akademis menampilkan hasil yang bervariasi. Dalam beberapa penelitian, seperti penelitian dari Stoyanova (1995) pada kelompok MENSA, suatu kelompok internasional IQ di atas persentil 98, dan penelitian Peters dan rekan (1995) pada siswa-siswa Cina, baik yang berbakat maupun yang tidak, menjumpai tidak ada kaitan antara inteligensi dan harga-diri-akademis. Namun pada penelitian terhadap siswa-siswa Belanda yang berbakat maupun tidak, temngkap hubungan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam sejumlah peneliti lainnya (Peters dan kawan-kawan, 1995). Penyebab perbedaan temuan-temuan itu mungkin karena adanya perbedaan lingkungan belajar. Pada kelompok MENSA maupun pelajar di Cina, lingkungan belajar disusun secara homogen. Dengan demikian tingkat inteligensinya tidak banyak berbeda. Sedangkan di Belanda lingkungan belajar dirancang secara heterogen, tidak ada pemisahan berdasarkan kemampuan siswa. Senge dan rekan (2000) mengajukan argumentasi bahwa harga-diri tidak harus berkaitan dengan kemampuan individu dalam mencipta. Alasannya adalah: pertama, fokusnya berbeda. Dalam mencipta fokus adalah pada obyek ciptaan, sedangkan harga-diri berfokus pada diri sendiri. Maka bila individu mencipta bukan untuk mendapatkan pengakuan atau pengharga-an, semata-mata untuk menghasilkan ciptaannya, maka harga-diri tidak harus berkaitan dengan kemampuan mencipta. Kedua, dalam proses kreatif, berbeda dengan anggapan kebanyakan orang, pencipta pertama-tama akan mencintai sesuatu yang akan diciptanya, baru kemudian muncul hasil ciptaan tersebut. Tidak terpikir pada awalnya apakah ia mampu atau tidak. Bisa saja pada akhirnya gagal.
Yang juga menarik adalah penelitian dari Lasmahadi (1992) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yang menemukan hubungan yang bermakna antara harga-diri-akademis dengan perilaku curang dalam tes. Mahasiswa dengan harga-diri-akademis yang negatif memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berlaku curang dalam tes ketimbang mahasiswa dengan harga-diri-akademis yang positif. Tidak mengherankan sebab mahasiswa dengan harga-dini-akademis yang positif umumnya cukup mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka menyadari baik kekuatan maupun kelemahannya dan yakin akan kemampuannya untuk berkembang dan memperbaiki diri. Kelemahan dilihat sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri, tidak perlu berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Cukup mencemaskan adanya temuan yang menunjukkan bahwa dengan waktu dan tingkat pendidikan, harga-diri-akademis makin lama makin rendah (Colangelo dan Assouline, 1995). Banyak alasan yang bisa mendukung keadaan ini. Makin tinggi tingkat pendidikan, makin sulit mencapai prestasi yang baik sehingga pengalaman gagal tentu saja makin besar. DePorter (1992), Rose dan Nicholl (1997), mengajukan sikap dan teknik mengajar guru sebagai penyebabnya. Menyadari besarnya pengaruh harga-diri-akademis terhadap prestasi belajar maupun proses belajar mengajar, maka melaku-kan pemantauan terhadap harga-diri-akademis dan mengupaya-kan peningkatannya sangat penting dalam bidang pendidikan. Beberapa karakteristik individu dengan harga-diri-akademis positif adalah sebagai berikut:
• Menyadari baik kekuatan maupun kelemahannya sehingga memiliki orientasi yang realistik. Kesadaran diri yang tepat membantunya menyusun strategi dalam menghadapi tugas-tugas akademis yang dihadapinya.
• Menerima diri apa adanya, tidak merasa perlu berpura-pura sempurna namun merasa bertanggungjawab untuk mening-katkan diri.
• Memiliki rencana pengembangan diri dan melaksanakan serta memonitor pelaksanaan tindakan tadi dengan bertanggung jawab.
• Memiliki pandangan yang positif mengenai kehidupan akademis dan bidang-bidang ilmu yang ditempuhnya.
D. Pengembangan Ha rga-diri-Akademis
Skema-diri dibentuk sepanjang hidup individu. Oleh karena itu selalu terjadi penambahan-penambahan pengetahuan mengenai diri individu. Maka pada dasarnya harga-diri pun dapat berubah dan dikoreksi. Upaya koreksi hendaknya pertama-tama diarah-kan pada upaya memperkecil kesenjangan antara konsep-diri dengan konsep-diri-ideal. Malhi (1998) mengajukan sebuah model untuk meningkatkan harga-diri dalam lima tahap: kesadaran diri, menerima keadaan diri, membangkitkan tang-gung jawab untuk pengembangan diri, rencana tindakan dan pelaksanaannya, dan monitor perkembangan.
Yang perlu diingat adalah bahwa pada saat individu telah mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi, harga-diri-akade-misnya telah terbentuk sejak masa prasekolah. Oleh karena pembentukan harga-diri-akademis merupakan sebuah proses, maka untuk mengoreksi dan membentuknya kembali membu-tuhkan waktu. Pada dasarnya membangun penghargaan diri memang membutuhkan waktu (Senge dan rekan, 2000) dan
50 Sukses Belajar di Perguruan linggi
mengubah sesuatu yang sudah mapan tidaklah mudah.
Sebagai akhir bab ini, pada halaman-halaman berikut akan disajikan beberapa latihan yang dapat disarankan untuk memu-nuk harga-diri-akademik positif yang diharapkan bisa menun-jang proses belajar-mengajar di Perguruan Tinggi.
Sabtu, 01 November 2008
Ringkasan FRUSTASI & STRESS
Ringkasan
FRUSTASI DAN STRES
Sebagai manusia kita selalu dipenuhi oleh keinginan dan kebutuhan, seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera, antara harapan dan kenyataan seringkali berlainan hal tersebut menjadi suatu permasalahan yang menghinggapi setiap diri manusia.
Sepanjang hidup manusia, persoalan demi persoalan akan terus berdatangan menani untuk diselesaikan, ukuran kedewasaan dan kematangan seseorang akhirnya diukur dari seberapa bijaksana dan baiknya dia menyelesaikan masalah.
FRUSTASI
Bayangkan saudara sebagai mahasiswa UNB yang mengambil mata kuliah MDF, mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan yang saudara harapkan padahal saudara sudah berusaha sebaik mungkin, kuliah tidak pernah absen, tugas semua dikerjakan dengan baik, test mid semester dan semesteran dapat dikerjakan dengan baik, tetapi anda mendapatkan nilai D yang berarti anda tidak lulus dan harus mengulang kembali, anda lalu menjadi kesal bahkan marah atau perasaan lainnya, malah harinya saudara tidak dapat tidur segudang pemikiran muncul berputar-putar dan mencari sebab-sebab kegagalan saudara, mempunyai pemikiran yang buruk bahwa dosen pengampu mata kuliah tersebut tidak menyukai anda, esok harinya saudara merasa kurang enak badan setiap teringat hal tersebit saudara merasa kurang enak badan.
Peristiwa tersebut merupakan gambaran dari frustasi, frustasi terjadi apabila antara harapan dan kenyataan yang tidak terjadi tidak sesuai.
Frustasi juga dapat terjadi apabila tujuan yang henak dicapai mendapatkan rintangan. (menurut Atkinson).
Frustasi mempunyai 2 (dua) sisi, yang pertama adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan, sisi kedua adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut. Pada contoh di atasadalah fakta mendapatkan nilai jelek, sedangkan sisi emosi dan perasaan berupa kesal marah dan perasaan lain yang tidak mengenakkan.
STRES.
1. Pengertian Stres.
Pengertian sederhana, stres adalah frustasi yang berkepanjangan,
Stres bisa berdampak positif bisa juga negatif, yang akan kita bahas adalah stress yang berdampak negatif.
2. Terjadinya Stres/penyebab Stres (Stressor).
a. Lingkungan fisik, meliputi: suhu, cahaya, suara, polusi, kepadatan dan lain-lain.
b. Individual, meliputi: konflik peran, tanggung jawab dan lain-lain.
c. Kelompok, meliputi: hubungan dengan teman, atasan, bawahan.
d. Keorganisasian, meliputi, kebijakan, struktur, organisasi.
3. Akibat Stres.
a. Akibat subyektif, adalah akibat yang dirasakan secara pribadi, meluputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaaan terpencil dan lain-lain.
b. Akibat perilaku, adalah akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, emosional, gelisah. Dll.
c. Akibat kognitif, adalah akibat yang mempengaruhi proses berfikir, meliputi tidak mampu memusatkan perhatian/konsentrasi, sensitif terhadap kecaman dll.
d. Akibat fisiologis, adalah akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi kering dan lain-lain.
e. Akibat organisasi adalah akibat yang tampak dalam tempat kerja meliputi absen, produktifitas rendah, mengasingkan diri, loyalitas menurun.
4. Stres pada wanita.
Wanita mempunyai stress tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis, yang berbeda dengan pria, selain itu faktor budaya juga sebagai faktor penyebab stress pada wanita. Wanita juga mengalami stres khusus seperti menopause, frigiditas, mensturasi dan lain-lain.
5. Mengatasi stres.
Iman dan takqwa.
Istirahat, relaksasi.
Jangan Stress dong Om….Olah raga.
Dll.
FRUSTASI DAN STRES
Sebagai manusia kita selalu dipenuhi oleh keinginan dan kebutuhan, seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera, antara harapan dan kenyataan seringkali berlainan hal tersebut menjadi suatu permasalahan yang menghinggapi setiap diri manusia.
Sepanjang hidup manusia, persoalan demi persoalan akan terus berdatangan menani untuk diselesaikan, ukuran kedewasaan dan kematangan seseorang akhirnya diukur dari seberapa bijaksana dan baiknya dia menyelesaikan masalah.
FRUSTASI
Bayangkan saudara sebagai mahasiswa UNB yang mengambil mata kuliah MDF, mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan yang saudara harapkan padahal saudara sudah berusaha sebaik mungkin, kuliah tidak pernah absen, tugas semua dikerjakan dengan baik, test mid semester dan semesteran dapat dikerjakan dengan baik, tetapi anda mendapatkan nilai D yang berarti anda tidak lulus dan harus mengulang kembali, anda lalu menjadi kesal bahkan marah atau perasaan lainnya, malah harinya saudara tidak dapat tidur segudang pemikiran muncul berputar-putar dan mencari sebab-sebab kegagalan saudara, mempunyai pemikiran yang buruk bahwa dosen pengampu mata kuliah tersebut tidak menyukai anda, esok harinya saudara merasa kurang enak badan setiap teringat hal tersebit saudara merasa kurang enak badan.
Peristiwa tersebut merupakan gambaran dari frustasi, frustasi terjadi apabila antara harapan dan kenyataan yang tidak terjadi tidak sesuai.
Frustasi juga dapat terjadi apabila tujuan yang henak dicapai mendapatkan rintangan. (menurut Atkinson).
Frustasi mempunyai 2 (dua) sisi, yang pertama adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan, sisi kedua adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut. Pada contoh di atasadalah fakta mendapatkan nilai jelek, sedangkan sisi emosi dan perasaan berupa kesal marah dan perasaan lain yang tidak mengenakkan.
STRES.
1. Pengertian Stres.
Pengertian sederhana, stres adalah frustasi yang berkepanjangan,
Stres bisa berdampak positif bisa juga negatif, yang akan kita bahas adalah stress yang berdampak negatif.
2. Terjadinya Stres/penyebab Stres (Stressor).
a. Lingkungan fisik, meliputi: suhu, cahaya, suara, polusi, kepadatan dan lain-lain.
b. Individual, meliputi: konflik peran, tanggung jawab dan lain-lain.
c. Kelompok, meliputi: hubungan dengan teman, atasan, bawahan.
d. Keorganisasian, meliputi, kebijakan, struktur, organisasi.
3. Akibat Stres.
a. Akibat subyektif, adalah akibat yang dirasakan secara pribadi, meluputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaaan terpencil dan lain-lain.
b. Akibat perilaku, adalah akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, emosional, gelisah. Dll.
c. Akibat kognitif, adalah akibat yang mempengaruhi proses berfikir, meliputi tidak mampu memusatkan perhatian/konsentrasi, sensitif terhadap kecaman dll.
d. Akibat fisiologis, adalah akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi kering dan lain-lain.
e. Akibat organisasi adalah akibat yang tampak dalam tempat kerja meliputi absen, produktifitas rendah, mengasingkan diri, loyalitas menurun.
4. Stres pada wanita.
Wanita mempunyai stress tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis, yang berbeda dengan pria, selain itu faktor budaya juga sebagai faktor penyebab stress pada wanita. Wanita juga mengalami stres khusus seperti menopause, frigiditas, mensturasi dan lain-lain.
5. Mengatasi stres.
Iman dan takqwa.
Istirahat, relaksasi.
Jangan Stress dong Om….Olah raga.
Dll.
DISIPLIN WAKTU
DISIPLIN WAKTU
“Waktu adalah pedang……”, barang siapa tidak bisa mengendalikannya akan terpotong oleh pedang tersebut
Disiplin waktu masih belum menjadi budaya atau kebiasaan masyarakat di Indonesia, sebagai contoh kongkrit apabila ada rapat ataupun pertemuan biasanya antara undangan dengan waktu pelaksanaan terdapat jeda antara setengah sampai satu jam, kebiasaan jam karet ini tentunya sangat merugikan produktifitas baik bagi individu, lembaga maupun secara lebih luas bangsa Indonesia.
Suatu perbedaan penting antara orang-orang sukses dan orang-orang gagal dalam hal waktu adalah bahwa orang-orang sukses menggunakan 80% waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang bermakna dan mendukung pencapaian sukses yang dicita-citakannya dan 20% untuk hal-hal lain. Sebaliknya orang-orang kebanyakan dan orang-orang gagal menghabiskan 80% waktunya untuk kegiatan sepele tak bernilai dan tanpa tujuan yang jelas.
Apakah Anda termasuk tipe orang kebanyakan yang suka menghambufkan waktu? Ataukah Anda termasuk kelompok minoritas yang mengerti bagaimana menggunakan waktu untuk kegiatan bermakna? Berapa % dari 24 jam waktu Anda per hari dihambur-kan untuk kegiatan yang sia-sia tak bemilai dan berapa % untuk kegiatan yang bermakna? Ada orang yang separuh waktu hidupnya dihabiskan untuk tidur. Ada yang menggunakan 50% waktu hidupnya untuk mencipta dan memberi nilai bagi banyak orang. Apakah Anda termasuk orang yang suka bermalas-malasan, membuang waktu dengan sia-sia, menunda-nunda, nonton acara tv yang tak ada manfaatnya, ngegosip dengan tetangga. Ataukah Anda termasuk orang yang produktif dan menyadari sepenuhnya ke arah mana Anda melangkah?
Contoh tabel penggunaan waktu.*)
No
Jam
Kegiatan
Prosentase pemakaian waktu
Skoring
Jumlah Skoring
*) Meskipun sifatnya relative kita bisa secara obyektif mengisi daftar tersebut.
Bila Anda termasuk orang yang suka memboroskan waktu, kini saatnya Anda harus mengambil keputusan untuk mengakhiri kebiasaan buruk itu. Karena kebiasaan memboroskan waktu adalah penyebab utama kegagalan yang paling besar dalam hidup manusia. Segeralah buat program sukses. Tetapkan sebuah tonggak sukses tertinggi sebagai visi hidup Anda. Minimal setiap lima tahun ke depan ada tonggak sukses progresif yang harus Anda capai. Apa yang Anda inginkan? Makna apa yang Anda cari? Bagaimana Anda mengendalikan waktu Anda sebaik-baiknya untuk mengejar sukses. Buatlah perencanaan dan tuangkan di atas kertas supaya Anda bisa mem-visualisasikannya dengan lebih mudah. Ingatlah bahwa
selama seseorang belum menancapkan tonggak sukses sebagai motif kehidupannya maka yang akan terjadi adalah kecenderungan untuk hidup santai tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Waktu adalah sekarang bukan kemarin dan bukan besok. Kemarin sudah berlalu. Tidak ada lagi waktu kemarin.Tidak ada sisa waktu kemarin. Yang ada adalah hasil yang diperoleh dari pemanfaatan waktu kemarin. Orangpun tidak bisa meminjam waktu besok untuk dipakai hari ini. Satu-satunya waktu yang bisa Anda gunakan adalah saat ini, sekarang, detik demi detik. Bila tidak diisi dengan kegiatan bermanfaat waktu akan berlalu dan hilang dengan sia-sia. Pastikan setiap detik berlalu dengan makna. Setiap saat dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan bagimanapun sadarlah dan bersyukurlah karena Anda masih diberi waktu untuk hidup dan melakukan aktivitas.
Isilah waktu dan aktivitas dengan makna. Hidup adalah setiap tarikan nafas ketika Anda berpikir, ketika Anda berkomunikasi, ketika Anda beraktivitas itulah hidup. Setiap tarikan nafas adalah waktu. Jadi hidup adalah sama dengan perjalanan waktu. Bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya itulah cermin kaalitas kehidupannya.
Kelolalah dan pergunakanlah waktu Anda secara cerdas. Menggunakan waktu. secara cerdas berarti memanfaatkan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang tepat pada saat yang tepat dan dengan cara yang benar. Bila Anda tidak mengendalikan waktu Anda, maka waktulah yang akan mengendalikan diri Anda. Ingatlah selalu bahwa seluruh hidup Anda ada di dalam waktu. Sukses masa depan sesungguhnya dicapai dalam dimensi waktu saat ini. Artinya bila sekarang seseorang berbuat yang terbaik, melaksana-kan yang terbaik, menggunakan waktu secara cerdas, itulah sesungguhnya benih sukses. Sukses berarti seseorang telah siap bila kesempatan baik itu tiba-tiba datang. Karenanya jangan menunggu. Jangan me-nunda-nunda. Jangan tunda sampai hari esok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini. Perbaiki apa yang bisa Anda perbaiki hari ini. Bacalah apa yang bisa Anda baca hari ini.
Sekali lagi buanglah sifat suka menunda-nunda. Menunda sama saja menghamburkan waktu. Itu berarti Anda menyia-nyiakan kehidupan dan Anda akan gagal. Isilah waktu Anda dengan kesibukan. Tapi jangan asal sibuk tanpa arah yang jelas. Carilah kesibukan yang bermakna signifikan. Ingat peran-peran yang Anda mainkan. Memainkan peran membutuhkan waktu. Karenanya pilihlah peran-peran positif dan penuh makna.
Klasifikasikan kegiatan Anda dalam empat perspektif waktu sebagaimana yang dianjurkan Steven Covey dalam bukunya First Thing First: penting dan mendesak, penting tidak mendesak, mendesak tidak penting, tidak penting dan tidak mendesak. Terlalu mahal waktu Anda bila digunakan untuk mengerjakan aktivitas yang tidak bermakna, tidak bernilai yang termasuk dalam katagori tidak penting dan tidak mendesak. Sebaliknya, hidup Anda menjadi stress dan sangat tidak nyaman bila semua kegiatan dikerjakan secara tergesa-gesa karena semua-nya masuk katagori mendesak dan penting. Untuk menghindari dua ektrem ini maka tidak ada jalan lain kecuali Anda menata kembali kegiatan-kegiatan Anda dan merencanakan pembagian kuadran satu, dua dan tiga secara seimbang. Terapkan prinsip ambegpara maarta, dahulukan mana yang patut didahulukan menurut ruang, waktu dan situasi.
Cara seseorang menggunakan waktunya untuk memainkan peran pilihannya memberi petunjuk seperti apa sukses yang ada dalam rencana hidupnya. Coba Anda renungkan perumpamaan ini. Ada sebuah toples yang dapat diisi dengan tiga jenis benda padat dengan tiga ukuran: batu ukuran besar, krikil dan pasir. Bila toples itu diisi dengan pasir semua sampai penuh, maka tidak ada ruang lagi untuk menampung batu dan krikil.Tapi bila toples itu diisi lebih dulu dengan batu ukuran besar maka krikil dan pasir masih bisa diisi pada celah-celah yang masih tersedia. Toples adalah kapasitas berpikir. Batu, krikil dan pasir adalah gagasan-gagasan yang dapat dipikirkan untuk dilakukan. Bila kepala seseorang sudah dipenuhi dengan hal-hal kecil, sepele dan tak bemilai. Maka ia tidak punya waktu lagi memikirkan rencana-rencana besar. Sebaliknya bila pikiran diisi dengan pemikiran besar maka gagasan-gagasan kecil dapat diakomodasikan sebagai perekat dan penguat pemikiran besar. Berpikirlah besar maka seseorang akan memperoleh kemajuan besar. Ingatlah hukum sebab akibat. Apa yang ditanam itulah yang akan dipetik. Pergunakanlah waktu untuk menaman hal-hal yang besar dan ber-makna signifikan sesuai dengan peta perjalanan hidup yang telah dirancang maka hasilnyapun akan besar sesuai yang Anda tanam.
“Waktu adalah pedang……”, barang siapa tidak bisa mengendalikannya akan terpotong oleh pedang tersebut
Disiplin waktu masih belum menjadi budaya atau kebiasaan masyarakat di Indonesia, sebagai contoh kongkrit apabila ada rapat ataupun pertemuan biasanya antara undangan dengan waktu pelaksanaan terdapat jeda antara setengah sampai satu jam, kebiasaan jam karet ini tentunya sangat merugikan produktifitas baik bagi individu, lembaga maupun secara lebih luas bangsa Indonesia.
Suatu perbedaan penting antara orang-orang sukses dan orang-orang gagal dalam hal waktu adalah bahwa orang-orang sukses menggunakan 80% waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang bermakna dan mendukung pencapaian sukses yang dicita-citakannya dan 20% untuk hal-hal lain. Sebaliknya orang-orang kebanyakan dan orang-orang gagal menghabiskan 80% waktunya untuk kegiatan sepele tak bernilai dan tanpa tujuan yang jelas.
Apakah Anda termasuk tipe orang kebanyakan yang suka menghambufkan waktu? Ataukah Anda termasuk kelompok minoritas yang mengerti bagaimana menggunakan waktu untuk kegiatan bermakna? Berapa % dari 24 jam waktu Anda per hari dihambur-kan untuk kegiatan yang sia-sia tak bemilai dan berapa % untuk kegiatan yang bermakna? Ada orang yang separuh waktu hidupnya dihabiskan untuk tidur. Ada yang menggunakan 50% waktu hidupnya untuk mencipta dan memberi nilai bagi banyak orang. Apakah Anda termasuk orang yang suka bermalas-malasan, membuang waktu dengan sia-sia, menunda-nunda, nonton acara tv yang tak ada manfaatnya, ngegosip dengan tetangga. Ataukah Anda termasuk orang yang produktif dan menyadari sepenuhnya ke arah mana Anda melangkah?
Contoh tabel penggunaan waktu.*)
No
Jam
Kegiatan
Prosentase pemakaian waktu
Skoring
Jumlah Skoring
*) Meskipun sifatnya relative kita bisa secara obyektif mengisi daftar tersebut.
Bila Anda termasuk orang yang suka memboroskan waktu, kini saatnya Anda harus mengambil keputusan untuk mengakhiri kebiasaan buruk itu. Karena kebiasaan memboroskan waktu adalah penyebab utama kegagalan yang paling besar dalam hidup manusia. Segeralah buat program sukses. Tetapkan sebuah tonggak sukses tertinggi sebagai visi hidup Anda. Minimal setiap lima tahun ke depan ada tonggak sukses progresif yang harus Anda capai. Apa yang Anda inginkan? Makna apa yang Anda cari? Bagaimana Anda mengendalikan waktu Anda sebaik-baiknya untuk mengejar sukses. Buatlah perencanaan dan tuangkan di atas kertas supaya Anda bisa mem-visualisasikannya dengan lebih mudah. Ingatlah bahwa
selama seseorang belum menancapkan tonggak sukses sebagai motif kehidupannya maka yang akan terjadi adalah kecenderungan untuk hidup santai tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Waktu adalah sekarang bukan kemarin dan bukan besok. Kemarin sudah berlalu. Tidak ada lagi waktu kemarin.Tidak ada sisa waktu kemarin. Yang ada adalah hasil yang diperoleh dari pemanfaatan waktu kemarin. Orangpun tidak bisa meminjam waktu besok untuk dipakai hari ini. Satu-satunya waktu yang bisa Anda gunakan adalah saat ini, sekarang, detik demi detik. Bila tidak diisi dengan kegiatan bermanfaat waktu akan berlalu dan hilang dengan sia-sia. Pastikan setiap detik berlalu dengan makna. Setiap saat dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan bagimanapun sadarlah dan bersyukurlah karena Anda masih diberi waktu untuk hidup dan melakukan aktivitas.
Isilah waktu dan aktivitas dengan makna. Hidup adalah setiap tarikan nafas ketika Anda berpikir, ketika Anda berkomunikasi, ketika Anda beraktivitas itulah hidup. Setiap tarikan nafas adalah waktu. Jadi hidup adalah sama dengan perjalanan waktu. Bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya itulah cermin kaalitas kehidupannya.
Kelolalah dan pergunakanlah waktu Anda secara cerdas. Menggunakan waktu. secara cerdas berarti memanfaatkan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang tepat pada saat yang tepat dan dengan cara yang benar. Bila Anda tidak mengendalikan waktu Anda, maka waktulah yang akan mengendalikan diri Anda. Ingatlah selalu bahwa seluruh hidup Anda ada di dalam waktu. Sukses masa depan sesungguhnya dicapai dalam dimensi waktu saat ini. Artinya bila sekarang seseorang berbuat yang terbaik, melaksana-kan yang terbaik, menggunakan waktu secara cerdas, itulah sesungguhnya benih sukses. Sukses berarti seseorang telah siap bila kesempatan baik itu tiba-tiba datang. Karenanya jangan menunggu. Jangan me-nunda-nunda. Jangan tunda sampai hari esok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini. Perbaiki apa yang bisa Anda perbaiki hari ini. Bacalah apa yang bisa Anda baca hari ini.
Sekali lagi buanglah sifat suka menunda-nunda. Menunda sama saja menghamburkan waktu. Itu berarti Anda menyia-nyiakan kehidupan dan Anda akan gagal. Isilah waktu Anda dengan kesibukan. Tapi jangan asal sibuk tanpa arah yang jelas. Carilah kesibukan yang bermakna signifikan. Ingat peran-peran yang Anda mainkan. Memainkan peran membutuhkan waktu. Karenanya pilihlah peran-peran positif dan penuh makna.
Klasifikasikan kegiatan Anda dalam empat perspektif waktu sebagaimana yang dianjurkan Steven Covey dalam bukunya First Thing First: penting dan mendesak, penting tidak mendesak, mendesak tidak penting, tidak penting dan tidak mendesak. Terlalu mahal waktu Anda bila digunakan untuk mengerjakan aktivitas yang tidak bermakna, tidak bernilai yang termasuk dalam katagori tidak penting dan tidak mendesak. Sebaliknya, hidup Anda menjadi stress dan sangat tidak nyaman bila semua kegiatan dikerjakan secara tergesa-gesa karena semua-nya masuk katagori mendesak dan penting. Untuk menghindari dua ektrem ini maka tidak ada jalan lain kecuali Anda menata kembali kegiatan-kegiatan Anda dan merencanakan pembagian kuadran satu, dua dan tiga secara seimbang. Terapkan prinsip ambegpara maarta, dahulukan mana yang patut didahulukan menurut ruang, waktu dan situasi.
Cara seseorang menggunakan waktunya untuk memainkan peran pilihannya memberi petunjuk seperti apa sukses yang ada dalam rencana hidupnya. Coba Anda renungkan perumpamaan ini. Ada sebuah toples yang dapat diisi dengan tiga jenis benda padat dengan tiga ukuran: batu ukuran besar, krikil dan pasir. Bila toples itu diisi dengan pasir semua sampai penuh, maka tidak ada ruang lagi untuk menampung batu dan krikil.Tapi bila toples itu diisi lebih dulu dengan batu ukuran besar maka krikil dan pasir masih bisa diisi pada celah-celah yang masih tersedia. Toples adalah kapasitas berpikir. Batu, krikil dan pasir adalah gagasan-gagasan yang dapat dipikirkan untuk dilakukan. Bila kepala seseorang sudah dipenuhi dengan hal-hal kecil, sepele dan tak bemilai. Maka ia tidak punya waktu lagi memikirkan rencana-rencana besar. Sebaliknya bila pikiran diisi dengan pemikiran besar maka gagasan-gagasan kecil dapat diakomodasikan sebagai perekat dan penguat pemikiran besar. Berpikirlah besar maka seseorang akan memperoleh kemajuan besar. Ingatlah hukum sebab akibat. Apa yang ditanam itulah yang akan dipetik. Pergunakanlah waktu untuk menaman hal-hal yang besar dan ber-makna signifikan sesuai dengan peta perjalanan hidup yang telah dirancang maka hasilnyapun akan besar sesuai yang Anda tanam.
STRECHING (FMD I)
Mengenal Stretching Lebih Jauh
"I think the stretching before training and the match, has helped me. As well as being sensible with my eating
and drinking" —Richard Gough
Peregangan tubuh sepertinya merupakan hal yang sangat sederhana. Ketika kita merasa letih atau baru bangun tidur, secara alami kita akan menggeliat. Ternyata, peregangan yang sederhana ini memiliki manfaat yang sangat luar biasa.
Hampir sem.ua kegiatan fisik kita dikendalikan oleh otot, saraf dan tulang. Untuk dapat bekerja dengan baik, ketiganya perlu berada dalam keadaan relaks dan fleksibel. Otot berhubungan dengan tulang me-lalui jaringan yang disebut tendon. Ketika berkontrak-si, otot memendek dan menggerakkan tulang-tulang. Bila otot tidak dalam keadaan relaks, proses kontraksi dan relaksasi ini akan menjadi lebih sulit dan mema-kan banyak energi, akibatnya orang akan merasa ma-las bergerak. Dengan latihan beban, kita dapat mem-perbesar dan memperkuat otot. Namun seringkali bila
latihan ini tidak diikuti dengan latihan fleksibilitas, orang dapat terlihat kaku dan lamban.
Sistem saraf mengontrol tubuh manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam keadaan tegang, tentu saja kerja saraf menjadi kurang baik sehingga fungsinya berkurang. Akibatnya, tidak hanya secara fisik kita menjadi kurang fit, namun organ dalam yang dikendalikan oleh saraf pun menjadi bekerja kurang sempurna.
Tulang tidak hanya menopang tubuh manusia untuk berdiri, namun juga harus membuat bagian-bagian tubuh bergerak melalui persendiannya. Persendian seharusnya senantiasa ber ada dalam keadaan fleksibel, karena jika tidak, tubuh kita akan mejadi sulit bergerak seperti engsel pintu yang berkarat.
Manfaat stretching:
1. Memperbaiki kerja susunan saraf
Susunan saraf di tulang belakang kita mengatur fungsi sensorik, motorik dan otonom, yang ikut mengendalikan kerja organ-organ tubuh. Dalam keadaaan yang tegang atau stres, tentu saja kerja organ pun juga akan terganggu. Gerakan stretching yang teratur akan membantu kelenturan sistem saraf ini sehingga kerjanya akan optimal.
2. Membuat postur tubuh lebih baik
Ingin tampak lebih baik setiap hari? Lakukan stretching setiap pagi!
Prinsipnya mudah, dengan melakukan stretching tubuh Anda menjadi lebih fleksibel. Hasilnya, Anda akan berjalan lebih tegap dan bergerak lebih lincah. Pastinya orang yang tampak lamban dan lesu tidak akan tampak terlalu menarik. Stretching yang teratur membantu mencegah otot kita terlihat tegang dan kencang sehingga lebih enak dilihat. Hal ini tentu saja membuat kita lebih percaya diri dalam menjadi hari-hari kita.
3. Melancarkan sistem peredaran darah dan limfe
Darah beredar ke seluruh tubuh termasuk otot dan membawa nutrisi serta membuang zat sisa. Pembuluh darah ini berada di dalam otot, sehingga bila otot kita bekerja dengan baik, peredaran darah juga akan terbantu. Peredaran darah yang baik ini akan membantu pemulihan ketika kita mengalami cedera di otot. Sistem limfatik yang membuang racun dari tubuh tidak memiliki sistem pompa sendiri. Sistem ini mengalirkan cairan dari sistem kelenjarnya melalui bantuan otot-otot yang yang bergerak. Stretching akan membantu melancarkan sirkulasi ini sehingga pembuangan racun dari tubuh kita akan berjalan lebih lancar.
4. Melenturkan tubuh
Tubuh yang lentur dapat membuat hari Anda lebih baik. Hal-hal kecil seperti mengangkat barang, mengejar bus, sampai mengikat tali sepatu menjadi jauh lebih mudah dan tidak melelahkan. Kelenturan kita semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Untungnya, kelenturan ini dapat kita peroleh kembali dan kita jaga dengan melakukan stretching secara teratur.
5. Mengurangi stres
Ketika stres terjadi, kita akan merasa otot-otot, teru-tama di daerah leher menegang. Dengan mengen-durkan ketegangan otot dan saraf, stres seharusnya ikut berkurang. Secara psikologis, dengan fisik yang siap, Anda akan lebih tahan terhadap stres.
6. Mengurangi risiko cedera sewaktu berolahraga
Saat ini banyak sekali risiko penyakit yang siap menghadang, mulai dari penyakit jantung, kanker, hepatitis, kencing manis, sampai AIDS. Latihan fisik yang benar dapat membuat tubuh kita lebih sehat untuk menghadapi serangan penyakit-penyakit tersebut. Namun, ada hal-hal kecil seperti terkilir, kram, dan radang tendon misalnya, yang seringkali disebabkan hanya karena otot atau tendon kita terlalu stres atau digunakan berlebihan seharusnya tidak perlu terjadi hanya karena kita tidak rne-lakukan cukup peregangan atau pemanasan-
Meskipun peregangan tidak mencegah terjadinya cedera, namun setidaknya ia dapat mengurangi risikonya. Jadikanlah olahraga itu sesuatu yang menyenangkan, dan bukan sesuatu yang berisiko!
Gerakan-gerakan stretching yang mudah dan sehat akan dibahas pada bab berikutnya.
Melakukan ketiga bentuk Physical Exercise secara rutin merupakan hal yang sangat ideal. Namun kita harus mengakui bahwa tidaklah mudah untuk mengatur jadwal yang begitu padat atau begitu saja keluar dari rutinitas harian. Apa pun alasan kita, setidaknya lakukanlah streching sesering mungkin, dimana saja, kapan saja.
Latihan Harian
Stretching bukanlah suatu latihan yang berat sehingga tidak ada gerakan yang dipaksakan. Gerakan stretching haras dilakukan dengan lembut dan ringan. Regangkan bagian-bagian tubuh sampai dirasakan tarikan ringan, kemudian tahan atau lakukan hitungan selama 5-10 detik. Relaks dan rasakan ketika tarikan otot semakin berkurang selama hitungan tersebut. Berikut adalah beberapa bagian tubuh yang dapat difokuskan untuk gerakan stretching ringan:
Leher
Tundukkan kepala ke bawah, ditahan sebentar, kembali dan tarik kepala ke belakang sampai melihat ke langit-langit, ditahan sebentar, kembali. Lakukan masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
o Patahkan kepala ke kanan dan ke kiri hingga menyentuhbahu secarabergantian, masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
o Gerakkan kepala menengok ke kanan dan ke kiri secara bergantian, masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
Hindari gerakan memutar-mutar kepala, sebab hal itu dapat mencederai batang otak. Peregangan ini cukup efektif untuk melepaskan tegangan terutama yang bersifat psikis.
Pergelangan dan telapak tangan
Tangan kita merupakan salah satu organ yang paling sering digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Untuk membuatnya tidak kaku cobalah untuk merapatkan jari-jari tangan kiri dan kanan, lalu dorong permu-kaan telapak tangan menghadap ke depan dan siku lurus. Seringkali terdengar persendian yang berbu-nyi, ini merupakan hal yang normal sebab pergerakan persendian di telapak tangan terbatas dan jarang dire-gangkan.
Bahu
Pegang siku kiri dengan posisi di atas kepala dengan tangan kanan, kemudiantarikkearahyangberlawanan. Lakukan ini untuk siku sebaliknya. Rasakan tarikan pada otot-otot bahu bagian belakang.
Setelah itu, putarkan kedua bahu Anda ke depan dan ke belakang dengan hitungan yang sama. Hal ini akan membuat tubuh Anda tampak lebih tegap karena otot-otot yang menopang tubuh bagian atas sudah lentur dan dalam keadaan siap.
Pinggang
Kedua tangan diletakkan di pinggang, kaki direng-gangkan lebih lebar, lalu patahkan pinggang ke kanan disusul patahkan leher ke kanan diikuti tangan kiri diletakkan di atas kepala mengarah ke kanan sehing-ga terasa tarikan di pinggang dan leher. Lakukan ke kiri secara bergantian, masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
Dalam istilah orang Jawa, gerakan ini disebut mulet. Pada saat ini juga sering ditemukan bunyi-bunyi pada susunan tulang belakang, yang juga merupakan hal normal yang tidak membahayakan. Gerakan ini dapat mengur angi ketegangan pada sumsum tulang belakang dimana banyak terdapat serabut-serabut saraf yang mengatur fungsi organ dalam tubuh kita. Duduk atau berdiam terlalu lama seringkali membuat saraf kita menjadi kaku sehingga fungsinya menjadi berkurang.
Paha
Sambil berdiri, tekuk lutut salah satu kaki dan lakukan peregangan dengan menarik punggung kaki dengan tangan. Lakukan hal ini untuk kedua kaki dan rasakan otot paha tertarik. Otot paha yang fleksible akan membuat Anda lebih sigap ketika harus bergerak cepat, seperti ke WC, merebut antrean makan, atau mengejar lift.
Gerakan stretching ini tidaklah mutlak harus dilaku-kan demikian. Bila gerakan-gerakan sederhana di atas sudah dilakukan dan dirasakan manfaatnya, kita melakukan improvisasi sendiri sesuai dengan kenya-manan masing-masing, untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Yang penting prinsipnya adalah mere-gangkan dan merelaksasi otot-otot tubuh kita yang tegang dan kaku. Karena dengan mengendurnya otot-otot tubuh kita, pikiran kita menjadi tenang dan rileks, dan selanjutnya seluruh organ tubuh kita dan sistem biokimiawi kita bekerja dan berfungsi secara optimal. Selamat melakukan stretching dan menjadi lebih bugar setiap hari!
"I think the stretching before training and the match, has helped me. As well as being sensible with my eating
and drinking" —Richard Gough
Peregangan tubuh sepertinya merupakan hal yang sangat sederhana. Ketika kita merasa letih atau baru bangun tidur, secara alami kita akan menggeliat. Ternyata, peregangan yang sederhana ini memiliki manfaat yang sangat luar biasa.
Hampir sem.ua kegiatan fisik kita dikendalikan oleh otot, saraf dan tulang. Untuk dapat bekerja dengan baik, ketiganya perlu berada dalam keadaan relaks dan fleksibel. Otot berhubungan dengan tulang me-lalui jaringan yang disebut tendon. Ketika berkontrak-si, otot memendek dan menggerakkan tulang-tulang. Bila otot tidak dalam keadaan relaks, proses kontraksi dan relaksasi ini akan menjadi lebih sulit dan mema-kan banyak energi, akibatnya orang akan merasa ma-las bergerak. Dengan latihan beban, kita dapat mem-perbesar dan memperkuat otot. Namun seringkali bila
latihan ini tidak diikuti dengan latihan fleksibilitas, orang dapat terlihat kaku dan lamban.
Sistem saraf mengontrol tubuh manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam keadaan tegang, tentu saja kerja saraf menjadi kurang baik sehingga fungsinya berkurang. Akibatnya, tidak hanya secara fisik kita menjadi kurang fit, namun organ dalam yang dikendalikan oleh saraf pun menjadi bekerja kurang sempurna.
Tulang tidak hanya menopang tubuh manusia untuk berdiri, namun juga harus membuat bagian-bagian tubuh bergerak melalui persendiannya. Persendian seharusnya senantiasa ber ada dalam keadaan fleksibel, karena jika tidak, tubuh kita akan mejadi sulit bergerak seperti engsel pintu yang berkarat.
Manfaat stretching:
1. Memperbaiki kerja susunan saraf
Susunan saraf di tulang belakang kita mengatur fungsi sensorik, motorik dan otonom, yang ikut mengendalikan kerja organ-organ tubuh. Dalam keadaaan yang tegang atau stres, tentu saja kerja organ pun juga akan terganggu. Gerakan stretching yang teratur akan membantu kelenturan sistem saraf ini sehingga kerjanya akan optimal.
2. Membuat postur tubuh lebih baik
Ingin tampak lebih baik setiap hari? Lakukan stretching setiap pagi!
Prinsipnya mudah, dengan melakukan stretching tubuh Anda menjadi lebih fleksibel. Hasilnya, Anda akan berjalan lebih tegap dan bergerak lebih lincah. Pastinya orang yang tampak lamban dan lesu tidak akan tampak terlalu menarik. Stretching yang teratur membantu mencegah otot kita terlihat tegang dan kencang sehingga lebih enak dilihat. Hal ini tentu saja membuat kita lebih percaya diri dalam menjadi hari-hari kita.
3. Melancarkan sistem peredaran darah dan limfe
Darah beredar ke seluruh tubuh termasuk otot dan membawa nutrisi serta membuang zat sisa. Pembuluh darah ini berada di dalam otot, sehingga bila otot kita bekerja dengan baik, peredaran darah juga akan terbantu. Peredaran darah yang baik ini akan membantu pemulihan ketika kita mengalami cedera di otot. Sistem limfatik yang membuang racun dari tubuh tidak memiliki sistem pompa sendiri. Sistem ini mengalirkan cairan dari sistem kelenjarnya melalui bantuan otot-otot yang yang bergerak. Stretching akan membantu melancarkan sirkulasi ini sehingga pembuangan racun dari tubuh kita akan berjalan lebih lancar.
4. Melenturkan tubuh
Tubuh yang lentur dapat membuat hari Anda lebih baik. Hal-hal kecil seperti mengangkat barang, mengejar bus, sampai mengikat tali sepatu menjadi jauh lebih mudah dan tidak melelahkan. Kelenturan kita semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Untungnya, kelenturan ini dapat kita peroleh kembali dan kita jaga dengan melakukan stretching secara teratur.
5. Mengurangi stres
Ketika stres terjadi, kita akan merasa otot-otot, teru-tama di daerah leher menegang. Dengan mengen-durkan ketegangan otot dan saraf, stres seharusnya ikut berkurang. Secara psikologis, dengan fisik yang siap, Anda akan lebih tahan terhadap stres.
6. Mengurangi risiko cedera sewaktu berolahraga
Saat ini banyak sekali risiko penyakit yang siap menghadang, mulai dari penyakit jantung, kanker, hepatitis, kencing manis, sampai AIDS. Latihan fisik yang benar dapat membuat tubuh kita lebih sehat untuk menghadapi serangan penyakit-penyakit tersebut. Namun, ada hal-hal kecil seperti terkilir, kram, dan radang tendon misalnya, yang seringkali disebabkan hanya karena otot atau tendon kita terlalu stres atau digunakan berlebihan seharusnya tidak perlu terjadi hanya karena kita tidak rne-lakukan cukup peregangan atau pemanasan-
Meskipun peregangan tidak mencegah terjadinya cedera, namun setidaknya ia dapat mengurangi risikonya. Jadikanlah olahraga itu sesuatu yang menyenangkan, dan bukan sesuatu yang berisiko!
Gerakan-gerakan stretching yang mudah dan sehat akan dibahas pada bab berikutnya.
Melakukan ketiga bentuk Physical Exercise secara rutin merupakan hal yang sangat ideal. Namun kita harus mengakui bahwa tidaklah mudah untuk mengatur jadwal yang begitu padat atau begitu saja keluar dari rutinitas harian. Apa pun alasan kita, setidaknya lakukanlah streching sesering mungkin, dimana saja, kapan saja.
Latihan Harian
Stretching bukanlah suatu latihan yang berat sehingga tidak ada gerakan yang dipaksakan. Gerakan stretching haras dilakukan dengan lembut dan ringan. Regangkan bagian-bagian tubuh sampai dirasakan tarikan ringan, kemudian tahan atau lakukan hitungan selama 5-10 detik. Relaks dan rasakan ketika tarikan otot semakin berkurang selama hitungan tersebut. Berikut adalah beberapa bagian tubuh yang dapat difokuskan untuk gerakan stretching ringan:
Leher
Tundukkan kepala ke bawah, ditahan sebentar, kembali dan tarik kepala ke belakang sampai melihat ke langit-langit, ditahan sebentar, kembali. Lakukan masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
o Patahkan kepala ke kanan dan ke kiri hingga menyentuhbahu secarabergantian, masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
o Gerakkan kepala menengok ke kanan dan ke kiri secara bergantian, masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
Hindari gerakan memutar-mutar kepala, sebab hal itu dapat mencederai batang otak. Peregangan ini cukup efektif untuk melepaskan tegangan terutama yang bersifat psikis.
Pergelangan dan telapak tangan
Tangan kita merupakan salah satu organ yang paling sering digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Untuk membuatnya tidak kaku cobalah untuk merapatkan jari-jari tangan kiri dan kanan, lalu dorong permu-kaan telapak tangan menghadap ke depan dan siku lurus. Seringkali terdengar persendian yang berbu-nyi, ini merupakan hal yang normal sebab pergerakan persendian di telapak tangan terbatas dan jarang dire-gangkan.
Bahu
Pegang siku kiri dengan posisi di atas kepala dengan tangan kanan, kemudiantarikkearahyangberlawanan. Lakukan ini untuk siku sebaliknya. Rasakan tarikan pada otot-otot bahu bagian belakang.
Setelah itu, putarkan kedua bahu Anda ke depan dan ke belakang dengan hitungan yang sama. Hal ini akan membuat tubuh Anda tampak lebih tegap karena otot-otot yang menopang tubuh bagian atas sudah lentur dan dalam keadaan siap.
Pinggang
Kedua tangan diletakkan di pinggang, kaki direng-gangkan lebih lebar, lalu patahkan pinggang ke kanan disusul patahkan leher ke kanan diikuti tangan kiri diletakkan di atas kepala mengarah ke kanan sehing-ga terasa tarikan di pinggang dan leher. Lakukan ke kiri secara bergantian, masing-masing sebanyak 2 kali dalam 10 hitungan.
Dalam istilah orang Jawa, gerakan ini disebut mulet. Pada saat ini juga sering ditemukan bunyi-bunyi pada susunan tulang belakang, yang juga merupakan hal normal yang tidak membahayakan. Gerakan ini dapat mengur angi ketegangan pada sumsum tulang belakang dimana banyak terdapat serabut-serabut saraf yang mengatur fungsi organ dalam tubuh kita. Duduk atau berdiam terlalu lama seringkali membuat saraf kita menjadi kaku sehingga fungsinya menjadi berkurang.
Paha
Sambil berdiri, tekuk lutut salah satu kaki dan lakukan peregangan dengan menarik punggung kaki dengan tangan. Lakukan hal ini untuk kedua kaki dan rasakan otot paha tertarik. Otot paha yang fleksible akan membuat Anda lebih sigap ketika harus bergerak cepat, seperti ke WC, merebut antrean makan, atau mengejar lift.
Gerakan stretching ini tidaklah mutlak harus dilaku-kan demikian. Bila gerakan-gerakan sederhana di atas sudah dilakukan dan dirasakan manfaatnya, kita melakukan improvisasi sendiri sesuai dengan kenya-manan masing-masing, untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Yang penting prinsipnya adalah mere-gangkan dan merelaksasi otot-otot tubuh kita yang tegang dan kaku. Karena dengan mengendurnya otot-otot tubuh kita, pikiran kita menjadi tenang dan rileks, dan selanjutnya seluruh organ tubuh kita dan sistem biokimiawi kita bekerja dan berfungsi secara optimal. Selamat melakukan stretching dan menjadi lebih bugar setiap hari!
Rabu, 22 Oktober 2008
PENYESUAIAN DIRI
Istilah penyesuian diri memiliki dua kata yang berbeda maknanya, yaitu adaptasi (adaptation) dan penyesuaian (adjusment). Kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri, tetapi memiliki perbedaan makna yang mendasar.
Adaptasi (adaptation)memiliki pengertian individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan yang individu lakukan terhadap dirinya supaya tetap bisa sesuai dengan lingkungannya. Jadi pada adaptasi, diri individulah yang berubah untuk melakukan penyesuaian. Contoh sederhana dari adaptasi ini misalnya bila menghadapi suhu yang panas, lalu individu membuka pakaiannya, atau minum air dingin supaya tetap merasa nyaman.
Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu sehingga tetap sesuai dengan dirinya. Misalnya, pada suhu yang panas, individu lalu memasang fan atau menyalakan air conditioner supaya suhu ruangan berubah seperti yang diinginkan. Pada contoh ini, individu tidak berubah, tetapi lingkunganlah yang berubah.
Penyesuaian diri yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi penyesuaian diri baik dalam pengertian adaptation maupun adjusment. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, idealnya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara luwes, tergantung pada situasinya. Sebaliknya, individu dianggap kaku bila kurang mampu menggunakan kedua mekanisme tersebut dengan baik atau hanya salah satu cara saja yang dominan digunakan.
Keidakmampuan menyesuaikan diri
Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted. orang yang maladjusted tidak selalu abnormal. Sebaliknya, orang yang abnormal pasti maladjusted. Jadi istilah maladjusted dan abnormal sebenarnya menyangkut pada derajad ketidakmampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri serta kualitas penyesuaian dirinya.
Misalnya, orang yang tidak bisa tidur karena sedang mengalami persoalan di tempat kerja pada siang harinya, dia dikatakan mengalami malajusted dan belum bisa dikatakan abnormal. Tetapi bila gangguan tidur ini masih berlanjut bahkan sampai masalahnya terselesaikan, dia baru dikatakan abnormal. Contoh lainnya, individu yang menjadi emosional, gampang marah meskipun situasi yang menyebabkan kemarahannya sepele, masih dikategorikan sebagai maladjusted karena ada faktor lain yang memicu labilitas emosinya, misalnya karena dia berhari-hari kurang tidur. Mudah marah menjadi abnormal bila situasi yang menyebabkannya tidak jelas, apalagi bila kemarahan tersebut diikuti dengan tindakan agresif dan desktruktif.
Penyesuaian diri bagi mahasiswa baru
Brouwer (Alisjahbana, dkk, 1983), mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa dalam kaitannya dengan penyesuaian diri dengan situasi dan status baru yang dihadapi. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri dari beberapa masalah tersebut dapat menimbulkan tekanan mental bagi mahasiswa yang bersangkutan.
Masalah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenai perbedaan cara belajar. Pelajar SMU biasanya memiliki cara belajar yang lebih pasif bila dibanding dengan mahasiswa. Ini disebabkan oleh cara pembelajaran yang memang berbeda. Hampir semua materi pelajaran SMU diberikan oleh guru. Asalkan siswa menyimak baik-baik materi yang diberikan dan belajar hanya dari materi tersebut, biasanya itu sudah cukup. Berbeda dengan perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk lebih aktif dalam mempelajari dan memahami materi. Materi yang diberikan dosen biasanya bersifat sebagai pengantar, sedangkan pendalaman lebih lanjut diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Ini menyebabkan ke-dalaman dalam memahami suatu materi tergantung dari keaktifan mahasiswa dengan usahanya mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Belum lagi perbedaan sistem paket yang diterapkan di SMU dan sistem SKS yang berlaku di perguruan tinggi, yang betul-betul menuntut mahasiswa untuk lebih aktif kalau ingin lulus dengan nilai yang memuaskan dan dalam jangka waktu yang singkat.
Masalah kedua adalah berkaitan dengan perpindahan tempat. Bagi sebagian besar mahasiswa, memasuki perguruan tinggi berarti juga harus berpindah tempat dari tinggal bersama dengan orang tua, menjadi tinggal bersama dengan orang lain, entah itu kost, kontrakan atau tinggal bersama saudara. Belum lagi bila situasi di tempat asal ternyata berbeda sama sekali dengan situasi di tempat yang baru. Misalnya dari lingkungan desa ke kota besar, tempat biasanya perguruan tinggi yang baik berada. Perpindahan tempat semacam ini membutuhkan energi yang besar untuk melakukan penyesuaian diri pada awalnya.
Masalah ketiga berkaitan dengan mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan. Menjadi mahasiswa berarti hubungan dengan teman-teman karib sewaktu SMU menjadi semakin renggang karena pertemuan yang semakin kurang dan sekaligus ada tuntutan untuk mencari teman-teman yang baru. Mencari teman yang cocok bukanlah merupakan hal yang mudah. Apalagi biasanya teman-teman kuliah maupun di tempat sekitar tinggal biasanya juga berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Tidak berhasil mendapatkan teman yang sesuai bisa berakibat timbulnya perasaan kesepian. Berkaitan dengan masalah teman dan bergaulan ini adalah masalah seksualitas. Mahasiswa secara biologis seksualitasnya telah matang. Namun norma-riorma sosial masih menghalangi aktualitas perilaku seksual secara penuh. Ketika masih dalam lingkungan keluarga sedikit banyak masih ada kontrol dari orang tua, saudara dan lembaga-lembaga kemasyarakatan (gereja, masjid, organisasi atau perkumpulan remaja) yang membantu remaja bersangkutan untuk mengatasi masalah seksualitasnya. Namun di tempat yang baru, ketika mahasiswa yang bersangkutan dituntut untuk membuat keputusan dan pilihan-pilihan sendiri, seksualitas bisa muncul menjadi masalah yang serius.
Masalah keempat berhubungan dengan perubahan relasi. Relasi dengan orang tua, saudara dan teman sewaktu tinggal dalam keluarga merupakan relasi yang lebih bersifat pribadi. Namun relasi-relasi tersebut berubah menjadi lebih bersifat fungsionil ketika menjadi mahasiswarRelasi orang tua-anak, antar saudara, antar teman sepermainan diganti dengan relasi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa dan sebagainya. Perubahan relasi ini juga dapat menjadi kesulitan tersendiri bagi mahasiswa.
Masalah kelima berkaitan dengan pengaturan waktu. Menjadi mahasiswa untuk sebagian besar berarti bebas mengatur waktu menurut kehendaknya sendiri, karena tidak ada orang lain yang mengontrol. Ketidakmampuan dalam mengatur waktu antara kegiatan kuliah, belajar, bermain dan aktifitas lainnya dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah lain yang terutama berkaitan dengan tugas belajarnya.
Masalah lainnya menyangkut nilai-nilai hidup. Berbagai macam orang yang ditemui serta berbagai macam informasi yang diterima di perguruan tinggi yang biasanya lebih terbuka, bisa mengakibatkan mahasiswa yang bersangkutan mengalami krisis nilai. Nilai-nilai lama yang dibawa dan dihidupi selama ini diperhadapkan dengan nilai-nilai baru yang ditemui yang dirasa lebih sesuai. Tidak jarang selama masa krisis ini, kehidupan mahasiswa yang bersangkutan menjadi tidak menentu dan membawa dampak yang negatif bagi kesejahteraannya.
Masalah-masalah di atas menjadi sumber tekanan/stres dan membangkitkan emosi tersendiri bagi mahasiswa. Bila mahasiswa yang bersangkutan berhasil menangani tekanan-tekanan yang dihadapinya tersebut dengan sukses, maka dia akan dapat menjalani kehidupan dan perananannya sebagai mahasiswa dengan baik dan lancar. Namun bila mahasiswa tersebut gagal menangani tekanan-tekanan yang ada, maka peranannya sebagai mahasiswa dan kehidupan pribadinya akan mengalami gangguan dan hambatan. Gangguan dan hambatan tersebut bermacam-macam bentuknya, mulai dari kekurangmampuan untuk menunjukkan hasil yang optimal dalam belajar atau gangguan-gangguan psikis, seperti gangguan suasana perasaan (Maslim, 1998) yang berakibat munculnya simtom-simtom depresi misalnya.
Harber & Runyon (1984) menyatakan bahwa perasaan depresi merupakan pengalaman yang cukup umum di kalangan mahasiswa. Diperkirakan kurang lebih satu dari empat populasi mahasiswa Amerika menderita beberapa simtom depresi. Mengutip hasil penelitian Beck & Young (Harber & Runyon, 1984), dikatakan tiga perempat dari seluruh I mahasiswa merasa depresi pada beberapa waktu selama tahun sekolah.
Mengingat banyaknya masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya peluang bagi mahasiswa untuk mengalami gangguan mental karena berbagai masalah yang mungkin timbul tersebut, maka adalah bijaksana bagi perguruan tinggi untuk memikirkan suatu program yang mampu menolong mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik.
Sumber:
Alisjahbana, A., Sidharta, M, Brouwer, M.A.W, 1983, Menuju kesejahteraan Jiwa, Jakarta; Penerbit, PT Gramedia.
Siswanto, 2006, Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya, Yogyakarta, Penerbit Andi.
Adaptasi (adaptation)memiliki pengertian individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan yang individu lakukan terhadap dirinya supaya tetap bisa sesuai dengan lingkungannya. Jadi pada adaptasi, diri individulah yang berubah untuk melakukan penyesuaian. Contoh sederhana dari adaptasi ini misalnya bila menghadapi suhu yang panas, lalu individu membuka pakaiannya, atau minum air dingin supaya tetap merasa nyaman.
Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu sehingga tetap sesuai dengan dirinya. Misalnya, pada suhu yang panas, individu lalu memasang fan atau menyalakan air conditioner supaya suhu ruangan berubah seperti yang diinginkan. Pada contoh ini, individu tidak berubah, tetapi lingkunganlah yang berubah.
Penyesuaian diri yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi penyesuaian diri baik dalam pengertian adaptation maupun adjusment. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, idealnya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara luwes, tergantung pada situasinya. Sebaliknya, individu dianggap kaku bila kurang mampu menggunakan kedua mekanisme tersebut dengan baik atau hanya salah satu cara saja yang dominan digunakan.
Keidakmampuan menyesuaikan diri
Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted. orang yang maladjusted tidak selalu abnormal. Sebaliknya, orang yang abnormal pasti maladjusted. Jadi istilah maladjusted dan abnormal sebenarnya menyangkut pada derajad ketidakmampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri serta kualitas penyesuaian dirinya.
Misalnya, orang yang tidak bisa tidur karena sedang mengalami persoalan di tempat kerja pada siang harinya, dia dikatakan mengalami malajusted dan belum bisa dikatakan abnormal. Tetapi bila gangguan tidur ini masih berlanjut bahkan sampai masalahnya terselesaikan, dia baru dikatakan abnormal. Contoh lainnya, individu yang menjadi emosional, gampang marah meskipun situasi yang menyebabkan kemarahannya sepele, masih dikategorikan sebagai maladjusted karena ada faktor lain yang memicu labilitas emosinya, misalnya karena dia berhari-hari kurang tidur. Mudah marah menjadi abnormal bila situasi yang menyebabkannya tidak jelas, apalagi bila kemarahan tersebut diikuti dengan tindakan agresif dan desktruktif.
Penyesuaian diri bagi mahasiswa baru
Brouwer (Alisjahbana, dkk, 1983), mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa dalam kaitannya dengan penyesuaian diri dengan situasi dan status baru yang dihadapi. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri dari beberapa masalah tersebut dapat menimbulkan tekanan mental bagi mahasiswa yang bersangkutan.
Masalah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenai perbedaan cara belajar. Pelajar SMU biasanya memiliki cara belajar yang lebih pasif bila dibanding dengan mahasiswa. Ini disebabkan oleh cara pembelajaran yang memang berbeda. Hampir semua materi pelajaran SMU diberikan oleh guru. Asalkan siswa menyimak baik-baik materi yang diberikan dan belajar hanya dari materi tersebut, biasanya itu sudah cukup. Berbeda dengan perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk lebih aktif dalam mempelajari dan memahami materi. Materi yang diberikan dosen biasanya bersifat sebagai pengantar, sedangkan pendalaman lebih lanjut diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Ini menyebabkan ke-dalaman dalam memahami suatu materi tergantung dari keaktifan mahasiswa dengan usahanya mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Belum lagi perbedaan sistem paket yang diterapkan di SMU dan sistem SKS yang berlaku di perguruan tinggi, yang betul-betul menuntut mahasiswa untuk lebih aktif kalau ingin lulus dengan nilai yang memuaskan dan dalam jangka waktu yang singkat.
Masalah kedua adalah berkaitan dengan perpindahan tempat. Bagi sebagian besar mahasiswa, memasuki perguruan tinggi berarti juga harus berpindah tempat dari tinggal bersama dengan orang tua, menjadi tinggal bersama dengan orang lain, entah itu kost, kontrakan atau tinggal bersama saudara. Belum lagi bila situasi di tempat asal ternyata berbeda sama sekali dengan situasi di tempat yang baru. Misalnya dari lingkungan desa ke kota besar, tempat biasanya perguruan tinggi yang baik berada. Perpindahan tempat semacam ini membutuhkan energi yang besar untuk melakukan penyesuaian diri pada awalnya.
Masalah ketiga berkaitan dengan mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan. Menjadi mahasiswa berarti hubungan dengan teman-teman karib sewaktu SMU menjadi semakin renggang karena pertemuan yang semakin kurang dan sekaligus ada tuntutan untuk mencari teman-teman yang baru. Mencari teman yang cocok bukanlah merupakan hal yang mudah. Apalagi biasanya teman-teman kuliah maupun di tempat sekitar tinggal biasanya juga berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Tidak berhasil mendapatkan teman yang sesuai bisa berakibat timbulnya perasaan kesepian. Berkaitan dengan masalah teman dan bergaulan ini adalah masalah seksualitas. Mahasiswa secara biologis seksualitasnya telah matang. Namun norma-riorma sosial masih menghalangi aktualitas perilaku seksual secara penuh. Ketika masih dalam lingkungan keluarga sedikit banyak masih ada kontrol dari orang tua, saudara dan lembaga-lembaga kemasyarakatan (gereja, masjid, organisasi atau perkumpulan remaja) yang membantu remaja bersangkutan untuk mengatasi masalah seksualitasnya. Namun di tempat yang baru, ketika mahasiswa yang bersangkutan dituntut untuk membuat keputusan dan pilihan-pilihan sendiri, seksualitas bisa muncul menjadi masalah yang serius.
Masalah keempat berhubungan dengan perubahan relasi. Relasi dengan orang tua, saudara dan teman sewaktu tinggal dalam keluarga merupakan relasi yang lebih bersifat pribadi. Namun relasi-relasi tersebut berubah menjadi lebih bersifat fungsionil ketika menjadi mahasiswarRelasi orang tua-anak, antar saudara, antar teman sepermainan diganti dengan relasi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa dan sebagainya. Perubahan relasi ini juga dapat menjadi kesulitan tersendiri bagi mahasiswa.
Masalah kelima berkaitan dengan pengaturan waktu. Menjadi mahasiswa untuk sebagian besar berarti bebas mengatur waktu menurut kehendaknya sendiri, karena tidak ada orang lain yang mengontrol. Ketidakmampuan dalam mengatur waktu antara kegiatan kuliah, belajar, bermain dan aktifitas lainnya dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah lain yang terutama berkaitan dengan tugas belajarnya.
Masalah lainnya menyangkut nilai-nilai hidup. Berbagai macam orang yang ditemui serta berbagai macam informasi yang diterima di perguruan tinggi yang biasanya lebih terbuka, bisa mengakibatkan mahasiswa yang bersangkutan mengalami krisis nilai. Nilai-nilai lama yang dibawa dan dihidupi selama ini diperhadapkan dengan nilai-nilai baru yang ditemui yang dirasa lebih sesuai. Tidak jarang selama masa krisis ini, kehidupan mahasiswa yang bersangkutan menjadi tidak menentu dan membawa dampak yang negatif bagi kesejahteraannya.
Masalah-masalah di atas menjadi sumber tekanan/stres dan membangkitkan emosi tersendiri bagi mahasiswa. Bila mahasiswa yang bersangkutan berhasil menangani tekanan-tekanan yang dihadapinya tersebut dengan sukses, maka dia akan dapat menjalani kehidupan dan perananannya sebagai mahasiswa dengan baik dan lancar. Namun bila mahasiswa tersebut gagal menangani tekanan-tekanan yang ada, maka peranannya sebagai mahasiswa dan kehidupan pribadinya akan mengalami gangguan dan hambatan. Gangguan dan hambatan tersebut bermacam-macam bentuknya, mulai dari kekurangmampuan untuk menunjukkan hasil yang optimal dalam belajar atau gangguan-gangguan psikis, seperti gangguan suasana perasaan (Maslim, 1998) yang berakibat munculnya simtom-simtom depresi misalnya.
Harber & Runyon (1984) menyatakan bahwa perasaan depresi merupakan pengalaman yang cukup umum di kalangan mahasiswa. Diperkirakan kurang lebih satu dari empat populasi mahasiswa Amerika menderita beberapa simtom depresi. Mengutip hasil penelitian Beck & Young (Harber & Runyon, 1984), dikatakan tiga perempat dari seluruh I mahasiswa merasa depresi pada beberapa waktu selama tahun sekolah.
Mengingat banyaknya masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya peluang bagi mahasiswa untuk mengalami gangguan mental karena berbagai masalah yang mungkin timbul tersebut, maka adalah bijaksana bagi perguruan tinggi untuk memikirkan suatu program yang mampu menolong mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik.
Sumber:
Alisjahbana, A., Sidharta, M, Brouwer, M.A.W, 1983, Menuju kesejahteraan Jiwa, Jakarta; Penerbit, PT Gramedia.
Siswanto, 2006, Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya, Yogyakarta, Penerbit Andi.
PENGANTAR FMD
FISIK , MENTAL, DISIPLIN (FMD )
Jurusan/Program Studi : Wajib Universitas Boyolali
1. Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah : Fisik Mental Disiplin / FMD
Kode Mata Kuliah : Smt.1.UB1112 ; Smt.II. UB2112; Smt.III. UB3112.
SKS : 6 sks ( 2sks X 3 smt./ smt.1, 2, dan 3 )
Prasyarat : -
2. Tujuan Pembelajaran Umum (Kompetensi Standar)
Hakekat dan makna Kompetensi yang paling utama dalam Pembelajaran Fisik Mental Disiplin adalah sebagai berikut:
Makna pertama, Mahasiswa dapat memahami tentang pentingnya makna hidup dan kehidupan sebagai manusia yang berTuhan Yang Maha Esa, bermasyakat, berbangsa dan bernegara.
Makna kedua, pentingnya mahasiswa mempunyai motivasi diri, visi misi tujuan untuk maju meraih masa depannya, berkepribadian dan mempunyai karakter positip serta sebagai manusia bijak mengetahui arti pentingnya peningkatam kualitas pribadi mahasiswa, tim kerja dan kerja tim untuk memudahkan proses pemecahan problematik kehidupan pribadinya.
Makna ketiga, pentingnya arti dan makna hidup sehat, yang bermoral dan beragama sebagai manusia Indonesia.
Makna keempat, pentingnya arti dan makna hidup dan kehidupan dalam mempersiap kan mahasiswa Universitas Boyolali sebagai pemimpin yang berbudaya, disiplin dan ber - etika.
Makna kelima, mahasiswa tidak merasakan kejenuhan dalam melakukan kewaji ban nya sebagai mahasiswa Universitas Boyolali.
3. Deskripsi Singkat (Materi)
FMD I ( 2 sks ) : Pendidikan Jasmani / Olah raga; Membahasa pentingnya makna hidup sehat dalam Pendidikan Jasmani bagi kesehatan diri.
FMD II ( 2 sks ) : Latihan Dasar Kepemimpinan ;
- Membahas Pentingnya mahasiswa mempunyai motivasi diri, kepribadian, dan karakter building berlandaskan nilai-nilai dan semangat yang dijiwai dengan semangat Falsafah Pancasila.
- Pentingnya mahasiswa memiliki visi, misi, dan tujuan untuk maju meraih masa depan dirinya, kemajuan serta tanggung jawab dirinya atas masa depan Bangsa dan Negaranya.
FMD III ( 2sks ) :
Pembelajaran tentang Budi Pekerti, Moral dan Etika : Mahasiswa memahami tentang pentingnya makna hidup dan kehidupan sebagai manusia yang beragama, bermasyakat, berbudaya, berbangsa dan bernegara.
4. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan teoritis dan lapangan .
Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi/tanya jawab, penugasan, lapangan (FMD I) :
5. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : OHP, Audio Visual
Sumber Pembelajaran : Teori , praktek, peraturan perundang-undangan, internet, berita aktual di media cetak, kasus ilustratif.
6. Tugas dan Latihan : a) Tugas individu
b) Tugas kelompok
c) Latihan menyelesaikan kasus/soal
7. Evaluasi
7.1.Indikator Keberhasilan
a.Menjelaskan secara singkat mengenai:
1) Pengertian dan fungsi mata kuliah FMD., hubungan mahasiswa dengan hidup dan kehidupannya di kampus, masyarakat dan menyiapkan mahasiswa di memasuki dunia kerja nantinya.
2) Dasar-dasar kepribadian, mental, moral dan manajemen diri mahasiswa keseharian di kampus dan masyarakar
b.Menjelaskan secara singkat pokok-pokok mengenai:pentingnya pendidikan mental pendidikan jasmani / olah raga, kesehatan, kepemimpinan dan stratategi, moral dan etika.
c.Menyelesaikan tugas penyelesaian masalah hidup dan kehidupan mahasiswa secaraberkelanjutan untuk meraih masa depannya.
7.2.Bentuk Evaluasi
- Tugas (individu, kelompok)
- Ujian Mid Semester
- Ujian Semester
8. Buku Sumber
8.1.Buku Utama
1.Disiplin Nasional, Lemhanas,1984
2.Kepemimpinan, Lemhanas, 1984
3.Butir Butir P4, BP7 Pusat, 1997
4.Manajemen Qolbu, AA Gym
5.Motivasi Diri dan Kepribadian, Etiket, Mien R.Uno, Gramedia,2005
6.Character Building, TeamUbinus, Antonius Gea & Yuni W,2002
7.Membina Pribadi Dinamis Kreatif CarlG.Goeller&William O.UraneckGngjati,Jk80
8.Cara Hidup dan Berpikir Positif Dr.Norman V.Peale Gunungjati,Jkt,1908
9.Berpikir dan Berjiwa Bsar Dr.D.J.Schwartz,Gunungjati,Jkt,1908
10.Mempekuat Daya KemampuanSumantri Mertodipuro Gunungjati,Jkt,1908
11.Keberanian Hiasan Pribadi Sumantri Mertodipuro Gunungjati,Jkt,1980
12."Membangun moralitas bangsa (amar ma'ruf nahi munkar : dari subyektif-normatif ke obyektif-empiris) / penyunting Takdir Ali Mukti, Imran Duse, Adde Marup WS. Yogyakarta : LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1998.
13.Azas dan dasar2 Taman Siswa Dewantara, Ki HadjarYgy; Majelis Luhur Taman Siswa,1961
14.Asas dan dasar taman siswa serta demokrasi dan & Kepemimpinan Dewantara, Ki Hadjar Yogyakarta; Majelis Luhur Taman Siswa, 1985.
15.Kepemimpinan Bervisi (Visionary Leadership),Diktat Manag. of Change,LAN,1999
16.Etika: Masalah Pokok Kepribadian,Sastrasupomo,M.Suprihadi,Bandg: Alumnis, 82.
17.Etika, Poedjawijatna Jakarta, Obor, 1972
18.Sekitar Manusia Soerjanto Poespowardojo, K.Bertens (ed), Jakarta PT Gramedia(1977)
19.Kejujuran, Moral dan Hati Nurani, (terj),Jerry White, Jkt: BPK Gunung Mulia 87
20.Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa Magnis-Suseno, FranzJakarta: Gramedia, 1984
21.Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan PraktekPoespoprodjo, W.Bandung: Remaja Karya 1986.
22.Etika Masyarakat Indonesia, Said, M ., Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.
23.Etika (Sebuah Pengantar),Sastrasupomo, M. Suprihadi,Bandung: Alumnis 1982
24.Daniel Goleman,”04.Kepemimpinan Berdasarkan Emosi, Jkt: PT.Grmd Pustk Utm
8.2. Buku Anjuran
1.Abdul Kadir Muhammad, 1997. Etika Profesi Hukum, Bdg : PT. Citra Aditya Bakti
2.As ‘ad Sungguh, 2000. 25 Etika Profesi, Jakarta : Sinar Grafika
3.Magdalena Sukartono, 2002. Etika Profesi, Yogyakarta : LPK Budya Wacana dan Pusat Latihan Kesekretariatan
4.Pribadi dan Masyarakat di Jawa Niels Mulder Sinar Harapan Jakarta1985
5.Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga dr.Sadoso Sumosardjuno
6.Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Thoha, Miftah.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada2003.
7.Pernafasan untuk Kesehatan, Jos Usin 1975
8.Menuju Keluarga Bijaksana,Sikun Pribadi dan Subowo Bandung, Yayasan Sekolah Istri Bijaksana (1981)
9.Wiwoho, B. Cermin diri orang Jawa / oleh B. Wiwoho. Jakarta : Bina Rena Pariwara, 1998
10.Sehat Itu Hak; Panduan Advokasi Kebijakan Kesehatan., Topatimasang Roem dkk,Yogyakarta : Insist Press,2005.
11.Renungan tentang Filsafat Hukum Purnadi Purbacaraka Alumni Bandung 1980
12.Disiplin Hukum Purnadi PurbacarakaGhalia Indonesia1982
13.Prof.Ir.Pudja Wijatna (1996), Etika Filsafat Tingkah Laku, Rineka Cipta, Jakarta.
Jurusan/Program Studi : Wajib Universitas Boyolali
1. Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah : Fisik Mental Disiplin / FMD
Kode Mata Kuliah : Smt.1.UB1112 ; Smt.II. UB2112; Smt.III. UB3112.
SKS : 6 sks ( 2sks X 3 smt./ smt.1, 2, dan 3 )
Prasyarat : -
2. Tujuan Pembelajaran Umum (Kompetensi Standar)
Hakekat dan makna Kompetensi yang paling utama dalam Pembelajaran Fisik Mental Disiplin adalah sebagai berikut:
Makna pertama, Mahasiswa dapat memahami tentang pentingnya makna hidup dan kehidupan sebagai manusia yang berTuhan Yang Maha Esa, bermasyakat, berbangsa dan bernegara.
Makna kedua, pentingnya mahasiswa mempunyai motivasi diri, visi misi tujuan untuk maju meraih masa depannya, berkepribadian dan mempunyai karakter positip serta sebagai manusia bijak mengetahui arti pentingnya peningkatam kualitas pribadi mahasiswa, tim kerja dan kerja tim untuk memudahkan proses pemecahan problematik kehidupan pribadinya.
Makna ketiga, pentingnya arti dan makna hidup sehat, yang bermoral dan beragama sebagai manusia Indonesia.
Makna keempat, pentingnya arti dan makna hidup dan kehidupan dalam mempersiap kan mahasiswa Universitas Boyolali sebagai pemimpin yang berbudaya, disiplin dan ber - etika.
Makna kelima, mahasiswa tidak merasakan kejenuhan dalam melakukan kewaji ban nya sebagai mahasiswa Universitas Boyolali.
3. Deskripsi Singkat (Materi)
FMD I ( 2 sks ) : Pendidikan Jasmani / Olah raga; Membahasa pentingnya makna hidup sehat dalam Pendidikan Jasmani bagi kesehatan diri.
FMD II ( 2 sks ) : Latihan Dasar Kepemimpinan ;
- Membahas Pentingnya mahasiswa mempunyai motivasi diri, kepribadian, dan karakter building berlandaskan nilai-nilai dan semangat yang dijiwai dengan semangat Falsafah Pancasila.
- Pentingnya mahasiswa memiliki visi, misi, dan tujuan untuk maju meraih masa depan dirinya, kemajuan serta tanggung jawab dirinya atas masa depan Bangsa dan Negaranya.
FMD III ( 2sks ) :
Pembelajaran tentang Budi Pekerti, Moral dan Etika : Mahasiswa memahami tentang pentingnya makna hidup dan kehidupan sebagai manusia yang beragama, bermasyakat, berbudaya, berbangsa dan bernegara.
4. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan teoritis dan lapangan .
Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi/tanya jawab, penugasan, lapangan (FMD I) :
5. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : OHP, Audio Visual
Sumber Pembelajaran : Teori , praktek, peraturan perundang-undangan, internet, berita aktual di media cetak, kasus ilustratif.
6. Tugas dan Latihan : a) Tugas individu
b) Tugas kelompok
c) Latihan menyelesaikan kasus/soal
7. Evaluasi
7.1.Indikator Keberhasilan
a.Menjelaskan secara singkat mengenai:
1) Pengertian dan fungsi mata kuliah FMD., hubungan mahasiswa dengan hidup dan kehidupannya di kampus, masyarakat dan menyiapkan mahasiswa di memasuki dunia kerja nantinya.
2) Dasar-dasar kepribadian, mental, moral dan manajemen diri mahasiswa keseharian di kampus dan masyarakar
b.Menjelaskan secara singkat pokok-pokok mengenai:pentingnya pendidikan mental pendidikan jasmani / olah raga, kesehatan, kepemimpinan dan stratategi, moral dan etika.
c.Menyelesaikan tugas penyelesaian masalah hidup dan kehidupan mahasiswa secaraberkelanjutan untuk meraih masa depannya.
7.2.Bentuk Evaluasi
- Tugas (individu, kelompok)
- Ujian Mid Semester
- Ujian Semester
8. Buku Sumber
8.1.Buku Utama
1.Disiplin Nasional, Lemhanas,1984
2.Kepemimpinan, Lemhanas, 1984
3.Butir Butir P4, BP7 Pusat, 1997
4.Manajemen Qolbu, AA Gym
5.Motivasi Diri dan Kepribadian, Etiket, Mien R.Uno, Gramedia,2005
6.Character Building, TeamUbinus, Antonius Gea & Yuni W,2002
7.Membina Pribadi Dinamis Kreatif CarlG.Goeller&William O.UraneckGngjati,Jk80
8.Cara Hidup dan Berpikir Positif Dr.Norman V.Peale Gunungjati,Jkt,1908
9.Berpikir dan Berjiwa Bsar Dr.D.J.Schwartz,Gunungjati,Jkt,1908
10.Mempekuat Daya KemampuanSumantri Mertodipuro Gunungjati,Jkt,1908
11.Keberanian Hiasan Pribadi Sumantri Mertodipuro Gunungjati,Jkt,1980
12."Membangun moralitas bangsa (amar ma'ruf nahi munkar : dari subyektif-normatif ke obyektif-empiris) / penyunting Takdir Ali Mukti, Imran Duse, Adde Marup WS. Yogyakarta : LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1998.
13.Azas dan dasar2 Taman Siswa Dewantara, Ki HadjarYgy; Majelis Luhur Taman Siswa,1961
14.Asas dan dasar taman siswa serta demokrasi dan & Kepemimpinan Dewantara, Ki Hadjar Yogyakarta; Majelis Luhur Taman Siswa, 1985.
15.Kepemimpinan Bervisi (Visionary Leadership),Diktat Manag. of Change,LAN,1999
16.Etika: Masalah Pokok Kepribadian,Sastrasupomo,M.Suprihadi,Bandg: Alumnis, 82.
17.Etika, Poedjawijatna Jakarta, Obor, 1972
18.Sekitar Manusia Soerjanto Poespowardojo, K.Bertens (ed), Jakarta PT Gramedia(1977)
19.Kejujuran, Moral dan Hati Nurani, (terj),Jerry White, Jkt: BPK Gunung Mulia 87
20.Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa Magnis-Suseno, FranzJakarta: Gramedia, 1984
21.Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan PraktekPoespoprodjo, W.Bandung: Remaja Karya 1986.
22.Etika Masyarakat Indonesia, Said, M ., Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.
23.Etika (Sebuah Pengantar),Sastrasupomo, M. Suprihadi,Bandung: Alumnis 1982
24.Daniel Goleman,”04.Kepemimpinan Berdasarkan Emosi, Jkt: PT.Grmd Pustk Utm
8.2. Buku Anjuran
1.Abdul Kadir Muhammad, 1997. Etika Profesi Hukum, Bdg : PT. Citra Aditya Bakti
2.As ‘ad Sungguh, 2000. 25 Etika Profesi, Jakarta : Sinar Grafika
3.Magdalena Sukartono, 2002. Etika Profesi, Yogyakarta : LPK Budya Wacana dan Pusat Latihan Kesekretariatan
4.Pribadi dan Masyarakat di Jawa Niels Mulder Sinar Harapan Jakarta1985
5.Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga dr.Sadoso Sumosardjuno
6.Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Thoha, Miftah.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada2003.
7.Pernafasan untuk Kesehatan, Jos Usin 1975
8.Menuju Keluarga Bijaksana,Sikun Pribadi dan Subowo Bandung, Yayasan Sekolah Istri Bijaksana (1981)
9.Wiwoho, B. Cermin diri orang Jawa / oleh B. Wiwoho. Jakarta : Bina Rena Pariwara, 1998
10.Sehat Itu Hak; Panduan Advokasi Kebijakan Kesehatan., Topatimasang Roem dkk,Yogyakarta : Insist Press,2005.
11.Renungan tentang Filsafat Hukum Purnadi Purbacaraka Alumni Bandung 1980
12.Disiplin Hukum Purnadi PurbacarakaGhalia Indonesia1982
13.Prof.Ir.Pudja Wijatna (1996), Etika Filsafat Tingkah Laku, Rineka Cipta, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)