Rabu, 11 Februari 2009

KISI KISI SEMESTER III

  • Definisi belajar
  • Perubahan perilaku
  • 3 (tiga) sudut pandang keadaan diri Individu
  • Kedisiplinan dalam belajar.
  • Motivasi belajar.
  • Sikap.


Sabtu, 07 Februari 2009

KISI UJIAN SEMESTER 1

  • Manfaat & Tujuan dari “pengenalan diri”.
  • Manfaat dari kegiatan fisik berupa ”sit up” dan ”push-up”.
  • Pengertian Kedisiplinan.
  • faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?
  • sumber stress (stressor) pada wanita yang secara spesifik berbeda dengan pria.
  • Beberapa otot utama yang memberikan postur dan bentuk tubuh.
  • Tujuan dari pemberian sangsi/hukuman terhadap pelaku indisipliner
  • Penyebab stress (stressor) pada individu?

Senin, 02 Februari 2009

DISIPLIN

DISIPLIN
Disiplin berasal dari akar kata “disciple“ yang berarti belajar.
Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.
Makna ketertiban dan ketaatan berkaitan dengan pendidikan, karena suatu pendidikan yang berhasil mau tak mau mengandung unsur sanksi atau hukuman terhadap murid agar mendapat dorongan lebih kuat untuk mewujudkan potensi dirinya. Itu sebabnya mendisiplinkan berarti menegakkan peraturan dalam rangka memajukan proses pendidikan, mengasuh anak didik lewat penjatuhan hukuman yang membetulkan perilaku dan merangsang murid maju, bukan untuk memuaskan si pendisiplin berangkara murka.
Disiplin sangat penting dalam semua bidang kehidupan, dalam lingkup suatu pekerjaan disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik
Asumsi : Tidak ada orang yang sempurna, oleh sebab itu setiap individu dimungkinkan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan koreksi dilakukan apabila individu tidak dapat mematuhi peraturan sesuai standar minimal atau tidak dapat meningkatkan tujuan organisasi.

Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti. Tindakan disipliner hanya dilakukan pada pegawai yang tidak dapat mendisiplinkan diri, menentang/tidak dapat mematuhi praturan/prosedur organisa
TEGURAN LISAN
TEGURAN TERTULIS
SKORS
SANKSI TERAKHIR

PRINSIP-PRINSIP Menegakkan Disiplin Dalam organisasi
1. Pemimpin mempunyai prilaku positif (sebagai contoh)
Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.
2. Kesegeraan
Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus diatasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila dibiarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.
3. Lindungi Kerahasiaan (privacy)
Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang. Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi masa depannya .
4. Fokus pada Masalah.
Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.
5. Peraturan Dijalankan Secara Konsisten
Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.
6. Follow Up (Evaluasi)
Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.

Modifikasi Perilaku
Dapatkah perilaku bawahan dirubah oleh perubahan perilaku pimpinan ?
Apakah perilaku pimpinan dapat digunakan sebagai contoh yang baik dan layak ditiru oleh bawahannya ?
Ada beberapa cara yang dapat digunakan pimpinan untuk menstimulasi bawahan agar dapat merubah perilaku yang kurang baik kearah yang lebih baik sehingga peningkatan kinerja sesuai standar dapat dicapai:
1. Penguatan yang positif
Penguatan positif akan meningkatkan kemungkinan individu untuk mengulangi kembali tindakan yang diharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan segera memberikan pujian terhadap hal positif yang dilakukan bawahan .
Contoh :
“ Anda telah mengumpulkan informasi yang berharga selama anda mewawancarai Tn. Saroja “
” Saya sangat menghargai pegawai yang menghadiri pertemuan ini “
2. Menstimulasi bawahan adalah dengan memberikan umpan balik, seperti : perhatian, hadiah, tugas khusus, naik jabatan, pujian, senyuman dan lain-lain. Pengakuan adalah salah satu penguatan yang mudah dilakukan disamping murah. Oleh karena itu seorang pemimpin harus mengetahui dan memahami bentuk dorongan seperti apa yang perlu diberikan pada setiap bawahan dalam berbagai situasi.

TEKNIK BELAJAR

Belajar adalah : perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman atau latihan. Pengulangan-pengu-langan yang dilakukan membuat seseorang dapat menguasai sesuatu.

Pendengaran = 11%
Pengecapan = 1 %.
Penciuman = 3,5 %
Perabaan = 1,5 %
Pengelihatan =83 %

Cara Belajar di Perguruan Tinggi
Belajar Mandiri
Pada belajar mandiri, aktivitas perencanaan belajar (menen-tukan tujuan, target nilai, atau strategi belajar yang akan dilakukan, menentukan waktu belajar yang sesuai dengan kegiatan lainnya) dilakukan secara mandiri.
Dalam belajar mandiri cepat pula ditentukan sumber-sumber belajar yang dapat diperoleh, seperti buku-buku, perpustakaan, fotokopi, pinjaman dari teman, dan sebagainya.
Biasanya kalau materi cukup banyak dan detail, dapat dilakukan peta belajar/berpikir (mind mapping) dan membuat ringkasan atau membuat kerangka dari bahan yang akan dipelajari, sehingga mencakup semua bahan yang ada. Sedangkan apabila waktu untuk penguasaan cukup lama, maka materi dapat dipelajari satu persatu secara lebih mendetail dengan membaca terlebih dahulu, baru membuat catatan kecil tentang apa yang dapat dipahami dari bacaan (langkah demi langkah) (Slavin 1994).

Belajar Bersama
Ada beberapa hal yang dibutuhkan agar belajar bersama berhasil. Dalam belajar bersama mahasiswa harus memiliki keterampilan berkomunikasi, karena dalam belajar bersama ada dua peran yang harus dilakukan, yaitu peran sebagai pembicara (saat menjelaskan) dan peran sebagai pendengar (saat mendengar-kan). Peran ini dapat bergantian dilakukan di antara teman-teman yang belajar bersama. Di sini perlu diperlihatkan bahwa jangan sampai hanya satu orang saja yang mendominasi pembi-caraan dan yang lain hanya sebagai pendengar saja. Menurut penelitian McDonald (1985, dalam Slavin, 1994), mahasiswa yang belajar bersam^ (cooperative learning) dapat mengingat lebih lama materi-materi yang dipelajari daripada mahasiswa yang tidak belajar bersama. Yang menarik adalah bahwa rekan yang menerangkan dan menjelaskan dapat mempelajari lebih banyak daripada yang mendengarkan. Hal itu merupakan keuntungan dari belajar bersama.

Belajar Secara Institusional
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mengikuti kuliah.
1) Mempersiapkan dirt,
(a) Memperoleh garis besar dari pokok atau topik persoalan yang akan dibahas.
(b)Mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan dalam mengikuti kuliah, seperti alat tulis, buku catatan, buku pegangan (cetak), kalkulator kalau diperlukan atau alat-alat lain untuk praktikum;
2) Mencatat bahan atau materi kuliah. Sebaiknya dalam mencatat kuliah yang dicatat adalah pokok-pokoknya saja, tidak perlu setiap kata yang diucapkan pengajar dicatat, karena akan memakan waktu dan kita tidak dapat memeroleh intinya.
3) Mencernakan hasil kuliah. Kegiatan ini dilakukan setelah kuliah, yaitu mahasiswa membaca atau mengulang kembali catatan yang dibuat pada hari tertentu. Sering juga dilakukan dengan merapikan catatan kuliah sehingga lebih mudah dibaca kembali.
Persiapan ujian.
1) Membuat jadwal review. Sebaiknya dua atau satu minggu sebelum ujian kita membuat jadwal review, sehingga kita dapat membagi waktu. Kita pun harus membuat jadwal waktu belajar dan dengan konsekuen menepatinya, tidak menunda-nunda sampai semalam sebelum ujian. Di sinilah pentingnya mempelajari kembali apa yang pernah dipelajari, seperti ringkasan, atau membaca kembali catatan untuk mempertajam ingatan dan pema-haman kita.
2) Dalam belajar kembali, kita dapat memaparkan kembali, ringkasan Skema, denah, chart (gambar skematik), map (peta) yang telah kita buat Sedangkan untuk latihan, perbanyaklah menjawab pertanyaan atau soal-soal latih­an, baik yang pernah dikerjakan maupun yang belum pernah dikerjakan.
3) Sebelum menghadapi ujian sebaiknya kita mempersiap­kan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti alat tulis, kertas buram, kalkulator atau lainnya yang apabila tidak dipersiapkan akan memengaruhi keberhasilan dalam menempuh ujian. Sebaiknya sehari sebelum ujian semua-nya sudah dipersiapkan, sehingga pada pagi hari kita tidak terburu-buru dan terlambat sampai di tempat ujian

e. Mengerjakan ujian.
Beberapa kiat agar dapat mengerjakan ujian dengan efektif antara lain adalah: menenangkan diri, umpamanya berdoa atau menarik nafas dalam-dalam (setelah menerima kertas soal dan kertas jawaban). Kemudian baca petunjuk ujian dengan hati-hati agar tidak salah mengerti dalam mengerjakannya. Jangan cepat terpancing dan terpaku pada satu soal yang tidak diketahui jawabannya karena akan membuang waktu saja. Aturlah waktu dalam mengerjakan soal. Hal ini perlu agar nilai yang diperoleh dapat setinggi mungkin. Hasil ujian dapat merupakan umpan balik yang berharga untuk membuat rencana belajar selanjutnya. Oleh sebab itu, janganlah terlalu larut dalam emosi menanggapi hasil ujian.


TEORI BELAJAR
1. Teori Daya
Aristoteles menyatakan bahwa jiwa terdiri atas berbagai kekuatan (daya). Belajar merupakan upaya melatih daya-daya itu. Pelatihan daya berpikir dengan memperbanyak mengerjakan soal-soal hitungan dan menjadi kuat daya pikir, seperti halnya pelatihan otot tangan yang terus-menerus akan kuat mengangkat barang'barang yang besar.
2.Teori Koneksionisme
Berdasarkan pendapat bahwa belajar mempakan kegiatan mendapatkan ikatan hubungan kuat antara stimulus (S) dengan respons (S). Rumus teorinya Sarbond SR (S dan , R) dikaidiubungkan. Teori ini mengakibatkan cara belajar dengan melimpahkan berbagai pelatihan soal berjawab yang tak terbantah.
3. Teori Gestalt
Teori Gestalt diketengahkan oleh Max Wertheiner, yang menyatakan bahwa belajar ialah mencari tilikan, penglihatan. Dalam tiap persoalan (kesulitan) terdapat inti yang menjadi kunci pemecahan yang harus ditilik atau diamati. Seutas benang kusut tentu ada pangkal ujungnya. Bila kita menemukan keduanya itu, tentu dapat mengurangi suatu persoalan. Seluruhnya terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Bila bagian yang hilang dapat teramati, dapatlah kita memecahkan persoalan itu.
4. Teori Belajar Bermaksud.
Edward Tolman mengemukakan bahwa belajar merupakan pengorganisasian perbuatan (kelakuan) untuk meraih maksud. Maksud itu menjadi keperluan utama yang terendap pada nurani kejiwaan (psycho) pada diri mereka yang sedang belajar. Teori belajar sebagai pengalaman. Teori ini dikenal dengan learning by doing atau belajar sambil berbuat, sejalan dengan ungkapan pengalaman adalah guru yang paling baik. Artinya, kita harus menga-laml sendiri, melakukan berbagai pemecahan persoalan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
1. Faktor intern
a. Aspek kejiwaan
Keadaan inteligensi dapat mewamai proses seseorang. IQ tinggi (genius) lebih mudah mengalami proses bela­jar daripada orang dengan IQ-nya rendah. Di samping itu, pembawaan, keadaan emosi, kekuatan kemauan, aya fantasi, semuanya berpengaruh terhadap belajar.
b. Aspek jasmaniah
Keadaan alat indra, kesehatan, anggota badan ber­pengaruh kepada jalannya belajar dalam keadaan sakit atau sedih, misalnya seseorang tentu tidak dapat bela-jar secara layak atau baik.
2. Faktor ekstern
Segala hal, baik benda atau orang, maupun suasana dan keadaan yang melingkupi atau mengelilingi orang yang ' belajar berpengaruh kepada proses dan hasil belajar seseorang. Belajar dalam keadaan yang teratur, nyaman, bersih, jauh dari kebisingan dan tidak diganggu teman yang mengganggu (mengajak mengobrol, menonton, bermain-main, dan sebagainya) akan lebih berhasil daripada dalam lingkungan semrawut banyak gangguan teman untuk
berbuat yang bukan-bukan.
3. Faktor teknik pendekatan belajar
Teknik-teknik belajar yang umum di antaranya adalah metode partial, metoda global, dan metode gabungan.
A Metode partial, yaitu belajar dengan cara .sebagian demi sebagian, setahap demi setahap berturut-turut.
B. Metode global, yaitu belajar dengan cara mempelajari keseluruhan dahulu secara umum, baru kemudian sebagian-sebagian, setahap demi setahap sehingga bagian-bagian renik menampak dengan jelas.
C. Metode gabungan, yaitu dengan cara belajar dengan dimulai menyeluruh, kemudian sebagian demi seba­gian, lalu menyeluruh lagi dengan penuh kecermatan, kemudian mempelajari lagi bagian demi bagian secara mendalam. Demikianlah seterusnya.